KORAN JAKARTA, 25 Januari 2009
"Mobil dan wanita atau apapun itu tak pernah penting bagiku. Keluargaku dan kepercayaan terhadap Tuhan dan Yesus, itulah yang paling utama dalam hidupku. Saya ingin hidup berjalan lurus.”
Kaka dan keluarga |
Ngetop, ganteng dan kaya. Tiga elemen penting yang menjadi impian hampir seluruh laki-laki di planet bumi telah dimiliki Kaka. Tak berlebihan jika banyak wanita bertekuk lutut di hadapan bintang AC Milan bernama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite ini. Soal ketampanan, bintang asal Brasil ini juga tak kalah dengan pesepak bola flamboyan David Beckham ataupun Cristiano Ronaldo.
Namun jangan bandingkan soal gaya hidup di luar lapangan antara Kaka dan dua superstar tersebut. Semuanya bagaikan bumi dan langit. Jika Beckham dan Ronaldo kerap bergaya metroseksual dengan segala aksesoris di luar lapangan plus gosip panas di seputar kehidupannya, Kaka lebih cenderung tampil apa adanya layaknya pria rumahan.
Pun ketika dirinya terpilih sebagai salah satu pemain terseksi di dunia, Kaka tak terlalu memikirkannnya. “Aku senang dengan julukan itu. Tapi, aku hanya ingin dilihat sebagai pemain sepak bola yang bagus. Bukan label sebagai ‘termanis’,” paparnya.
Hidup bersahaja meski bergelimang harta sudah tertanam sedari kecil di hati Kaka. Kedua orang tuanya Simone Cristina dos Santos Leite dan Bosco Izecson Pereira Leite memberikan pendidikan agama yang kuat. Berkat ke-shalehannya dia pun tumbuh sebagai laki-laki setia. Faktanya, ketika para pemain asal Brasil terkenal sebagai don juan, Kaka tetap setia dengan kekasih yang kini menjadi istrinya Caroline Celico.
Perjalanan cinta yang dimulai sejak 2002 tak pernah luntur dari hati Kaka. Pertemuannya dengan Celico di Sao Paulo di rumah mode Christian Dior di Brasil, membuatnya langsung jatuh hati. Setahun keduanya menjalani cinta tanpa penghalang saat Kaka masih memperkuat Sao Paulo.
Setahun kemudian, Kaka harus pindah ke AC Milan. Kesetiaan Kaka berada nun jauh di Negeri Eropa tak melunturkan kisah cintanya. Hingga pada 23 Desember 2005, Kaka resmi menikahi Celico di sebuah gereja kecil di São Paulo. Kabarnya, keperjakaan Kaka, tetap dipertahankan hingga dia menikah belahan hatinya. Kini, ia sudah dikarunia anak Luca Celico Leite yang lahir 10 Juni tahun lalu.
Minuman keras yang jadi pembuka pesta kemenangan juga dihindari. San diego.com dalam artikelnya menjelaskan kehidupan Kaka sejak remaja jauh dari kenakalan. Pria kelahiran Brasilia 22 April 1982 ini tak pernah tersentuh pergaulan bebas. Ia menghindari ikut dengan teman-teman sepermainannya ke klub malam atau menenggak minuman beralkohol. Ini dilakukan hingga saat ini.
Kaka juga bukan orang yang usil soal ini. Jika rekan-rekan satu timnya berpesta minuman, itu tak masalah bagi dirinya. “Bukan hakku untuk menghakimi gaya hidup pemain sepak bola yang lain,” jelasnya.
Keahlian di lapangan hijau yang menorehkan sederet prestasi juga tak membuatnya jumawa. Bisa dibilang Kaka seorang yang rendah hati. Ini diketahui benar para wartawan yang kerap meliput dari pinggir lapangan. Kaka tak pernah menolak diajak wawancara siapapun dan tak pernah mengeluarkan emosi kemarahan sedikitpun.
Legenda sepak bola Prancis yang saat ini menjadi Presiden UEFA Michel Platini sempat memuji kerendahan hati Kaka. Platini mengibaratkan Kaka seperti sebuah intan. “Manusia biasa di abad modern,” ungkapnya.
Taat Beragama
Adalah agama yang menjadi dasar kemurahan hati Kaka. Ketaatan dia sebagai umat Kristiani patut dipuji. Tiap langkahnya selalu didasari ajaran agama. Anggota organisasi Atletas de Cristo (“Athletes of Christ”) ini bahkan hanya menyukai musik gospel dan buku favoritnya Al Kitab.
Kejadian buruk saat berusia 18 tahun yang menjadi titik balik Kaka tak pernah berpaling dari Tuhan. Insiden di kolam renang yang mematahkan tulang belakangnya sempat diprediksi membuatnya lumpuh. Ajaib, Kaka sembuh total.
Saking taatnya terhadap agama, 10 persen dari 8,6 juta dollar AS (96,5 miliar rupiah) yang berarti sebesar 9,6 miliar rupiah setelah dipotong pajak, disumbangkan untuk gereja. “Mobil dan wanita atau apapun itu tak pernah penting bagiku. Keluargaku dan kepercayaan terhadap Tuhan dan Yesus, itulah yang paling utama dalam hidupku. Saya ingin hidup berjalan lurus,” kata Kaka.
Perkataan Kaka ini mungkin benar adanya. Seperti saat dirinya menolak pinangan Manchester City dengan harga fantastis 107 juta pounds atau 1,8 triliun rupiah pada pekan ini. “Hengkang ke City pastinya menjadi sebuah proyek besar. Namun beberapa hari saya berdoa dan akhirnya mengerti tim yang seharusnya saya pilih. Akhirnya saya memilih tetap bertahan,” jelas Kaka.
Rendah hati juga terlihat jelas saat masalah ini terjadi. Malam setelah pertemuan dengan pimpinan AC Milan Silvio Berlusconi, rumah Kaka didatangi 500 Milanisti dengan membentangkan spanduk agar Kaka tak pindah dari San Siro. Sebagai bintang jarang pemain mau meladeni suporter. Namun tidak bagi Kaka. Dari balkon rumahnya, Kaka menunjukan diri sambil membawa seragam merah hitam bernomor 22 sebagai tanda dia tak akan hengkang. Suporter tak juga bergeming meski menyambut gembira pernyataan Kaka. Alhasil para pendukung diusir pihak keamanan karena Kaka tak ingin tidur anaknya Luca yang baru berusia tujuh tahun terganggu.
Ambisi Petenis
Sukses menggocek para pemain belakang lawan dan membawa torehan sebagai Pemain Terbaik Dunia 2007 ternyata bukan ambisi awal Kaka. Pemain yang pernah membawa Milan meraih gelar Serie A 2004, Super Cup Italia 2004, dan Liga Champions 2007 ini sebenarnya sejak kecil berambisi menjadi petenis.
Keinginannya menjadi petenis terbaik dunia dimulai saat masih kecil menjajal lapangan tenis. Dari baseline Kaka kecil mencoba memukul bola dengan raketnya.
Sayang, nasib mengatakan lain. Bukan tangannya yang membawa dirinya menjadi atlet dunia. Melainkan kakinya sebagai pemain sepak bola paling disorot di jagat raya. n tya marenka dan danny r bagya
Komentar
Posting Komentar