Seorang kawan mengutip kalimat Nabi Muhammad. Dia bilang untuk mengetahui karakter seseorang, ajaklah dia dalam perjalanan jauh (safar). Perjalanan jauh akan memperlihatkan sosok asli seseorang, itu katanya.
Perjalanan enam hari kemarin saat liburan 9 hari, rasanya kalimat itu jadi pembenar. Sosok-sosok yang ditakuti menjadi kikuk dan kaku karena jarak dan waktu yang terlalu lama untuk sebuah perjumpaan ternyata bisa mengalir dengan mudah. Tawa renyah hanya dalam sebuah perbincangan jarak jauh, tak berbeda jauh saat berjalan beriringan.
Ngopi di sudut cafe di Ubud, perjalanan di kapal feri menuju Lombok seperti tak lagi ada sekat. Keraguan akan terjadi kebekuan sirna hanya dalam hitungan menit kala kaki menjejak di tanah Dewata.
Menelusuri seksinya pulau seribu pura (Bali) dan pulau seribu masjid (Lombok), mengayuh sepeda di Gili Trawangan, melihat monyet-monyet tersenyum kala perjalanan ke Lembar atau menelusuri Gunung Tunak, replika Raja Ampat di Utara Lombok.
Paling menakjubkan saat melihat sunrise dibalik Gunung Rinjani. Bola bulat nan besar berwarna jingga diiringi kesejukan angin laut yang menusuk membangunkan dengan lembut. Di bawahnya, satu perahu kecil nelayan atau jukung kian melengkapi eksotisnya mentari pagi. Indah tak terlukiskan dengan kata-kata.
Sunset di Gili Trawangan, Gunung Tunak dan Seminyak menutup kala sore perjalanan. Terlalu indah untuk diceritakan.
Terima kasih kawan atas sepenggal memori perjalanan menakjubkan itu.
Catatan
Tya Marenka
(Mau nulis panjang agak sedikit malas)
Komentar
Posting Komentar