Langsung ke konten utama

Si Tua Sombong

Pria tua beruban putih dan mobilnya yang juga veteran berhenti di depan rumah. Wajahnya terlihat sayu. Berjalan pelan dengan punggung membungkuk. 

Kami terkejut. Bukan kali pertama dia menjejakkan kaki di rumah kami yang sangat sederhana. 

Ada rasa kecewa saat memandangnya. Kepongahan yang dia ucapkan dan kekuasaan seolah pemilik segalanya buat kami berpaling darinya. 

Awalnya ketegasan dan kedisiplinannya coba kami pelajari. Dia si tua yang sukses menjalani bisnisnya. Kami ingin belajar darinya. 

Caranya buat kami tertekan. Dia ingin memonopoli kami. 

Tapi, kami bukan milik siapa-siapa. Kami orang merdeka yang bisa menentukan jalan bersama orang lain. Belajar dari setiap individu tanpa harus memandang kasta, tahta bahkan harta. 

Cerita kesuksesannya yang bernada sombong dengan caranya pamer harta saat kami sudah tahu apa yang dia miliki, buat rasa kagum kami memudar. "Saya punya Pajero, saya punya Alphard, saya punya ini dan itu," itu katanya satu waktu.

Kalimat demi kalimat dia lontarkan saat meluapkan emosi kami bekerjasama dengan orang lain untuk usaha ini. Kenapa tidak boleh kami bekerjasama? Tidak ada hitam di atas putih kami terikat dengan si kakek dan tak ada etika yang dilanggar?

Kami tak pernah berhutang dengan siapapun dari mereka yang bekerjasama dengan kami, termasuk si kakek? Jadi kenapa Anda begitu emosi ketika mendengar 'aduan' tak berdasar dari orang lain. 

Lalu kami menentukan, bukan caranya berdagang yang menjadi patokan kami memutuskan tapi setitik kesombongannya buat kami menentukan. Kami memutuskan jalinan kerjasama.

Hari ini, si tua itu datang. Kita tetap menyambutnya dengan senyuman. Dia bilang akan menjalin kembali kebersamaan yang telah berminggu-minggu hilang. 

Sekali lagi kami terkejut. Apakah si tua yang sombong ini sudah menjadi sosok rendah hati? Kami tak tahu.


Cerita Bapa siang tadi yang ditulis anaknya... 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...

AirAsia aircraft flight QZ8501 HAVE FOUNDED

Indonesian National Save and Rescue (SAR) have founded AirAsia flight QZ8501 plane in Karimata straits, Pangkalan Bun, Middle Borneo. They founded six dead bodies and emergency exit a plane.  "The location was 15-20 km to the east at the last point AirAsia detected in Karimata Strait , " explained Pangkoops I Marsma Dwi Putranto in Pangkalan Bun , Tuesday ( 12/30/2014 ). Based on the location , area of ​​sightings of these objects were around Gulf Air Hitam . The appearance of objects suspected of objects belonging to AirAsia plane QZ8510 occurred around 11:00 , after approximately five hours for aircraft conducting searches inland , coastal , and ocean in the southern part of Borneo island. Dirops Basarnas Supriyadi, who ensuring body, told reporter in Pangkalan Bun, he watch three body floating in the sea. Supriyadi together members helicopter ride to check the floating body reportedly based on reports CN235 aircraft are photographing objects suspected...