Tingtong...jarum jam tepat melewati angka 12. Bye 2014
Tahun yang penuh drama. Thanks God, aku mulus melewatinya.
Tahun lalu penuh dengan pelajaran dan langkah besar dalam hidup.
Masalah keluarga menjadi kisah paling menguras emosi. Kekerasan hati abangku membuat mak dan bapak harus menanggung beban tak terkira.
Dengan gaji seadanya, hidup enam orang harus aku perjuangkan. Masih ingat betul, setiap pulang kerja, saat malam terus beranjak ke tengah malam. Aku harus mampir ke pasar? membeli sayuran, ikan, tempe dan tahu. Kadang aku harus membeli beras dengan berat cukup lumayan.
Penjual tempe pak tua di pasar Cimanggis itu, selalu menyapa. "Baru pulang kerja neng." Ternyata aku sudah tampak familiar baginya. Mungkin saking seringnya aku mampir ke kios kecilnya itu.
Kadang aku merasa sangat lelah tapi aku tahu, jika aku tidak melakukannya. Gajiku yang papasan itu tak akan cukup untuk kebutuhan selama sebulan.
Di tengah usahaku, 'hati batu' abangku dan istrinya memicu kemarahanku. Mereka ingin membangun rumah di sebelah rumah mak dan bapak, tanpa ijin, tanpa permisi.
Itu memang uang mereka, harta mereka. Tapi, sapa yang tega di usia mereka yang renta harus menghadapi rumahnya dirusak, hingga pertama kali dalam hidup mereka, dalam rumah banjir semata kaki. Saat itu, aku mencoba tegar, menenangkan emosi bapa yang terus meledak karena emosinya. Mencoba meredam kesedihan di dalam hati.
Entah apa yang ada dibenak mereka, orang tua yang begitu baik, merek perlakukan dengan tega. Ah...tak perlu semua terungkap di sini.
Aku tahu dalam situasi seperti itu, aku hanya bisa mengadu sama Dia. Ya...Tuhan. Mungkin orang akan mengernyitkam dahi, jika aku anggap Tuhan sebagai sahabat. Dia lah sahabatku saat menangis, saat bercerita semua hal. Itu aku lakukan sejak kecil, terkadang dipojok kamar.
Aku bukan muslim yang taat, tapi bagiku Islam Rahmatan Lil Alamin. Rahmat bagi seluruh alam. Keindahannya dan cerita-cerita di masa lalu selalu bikin aku terpukau. Semua berkat kitab terjemahan dengan arti di dalamnya milik banh Irwan saat aku masih SMP.
Jadi ketika ada yang menawarkan aku pindah keimanan demi hidup mewah di Australia, jangan pernah berharap itu terjadi. Aku terlalu mencintai Tuhanku. Tapi maafkan aku Tuhan...aku belum jadi perempuan yang patut dipanggil muslimah.
Aku tahu Tuhan menyayangiku, meski aku abai dan lalai. Dia mengulurkan tangan-tangan indah Nya lewat orang-orang baik yang membuatku melewati masalah ini.
Makasih mba dan mas bakso yang bantu kami mengawali renovasi rumah mak dan bapak. Pak Marcel yang menjadi IMFku, Siska, mba Tutut, dan yang lain hingga rumah mak dan bapa dapat berdiri tegak.
Alhamdulilah di penghujung tahun, beban debet yang harus dibayarkan mulai surut meski belum semua rampung. Tuhan begitu membantuku dengan keajaibannya. Always love u God...
Terima kasih Tuhan dipertemukan orang-orang baik. Smoga Tuhan...kau beri surga bagi mereka di dunia dan kelak di masa saat mereka tutup mata. Aku akan mengenang kalian dalam setiap doaku.
2014, di tahun ini juga aku membuat keputusan bulat untuk meninggalkan Koran Jakarta. Tempatku bernaung selama hampir 6 tahun 7 bulan. Sebuah keputusan sulit di tengah situasi pelik. Meski niat itu sudah bulat ketika semua sudah tak sejalan.
Ahh...sayangnya kisah akhir bersama KJ yang diawali indah berakhir dengan tangisku. Ya...untuk pertama kali dalam hidupku, karena uang aku menangis di depan mak dan bapak. Mungkin pertama kali sejak aku kecil dulu.
Gaji terakhir yang dibayar seadanya yang buat aku menangis keras. Air mata seperti tak berhenti hingga hari menjelang pagi, meski kejadian terjadi di siang hari. Kesedihanku terasa perih karena hitungan dua hari, Hari Raya Idul Fitri. Akhirnya kami melewati semua dengan sangat sederhana di Lebaran. Maaf mak, maaf bapak.
Semua terlewati dengan baik. Aku menemukan tempat baru yang penuh dengan tantangan. Kantor baruku www.ballball.com memberi kepercayaan besar melebihi ekspektasi. Tugas yang mereka berikan buatku banyak mengetahui hal-hal baru dan orang-orang hebat, tak hanya dari penjuru negeri tapi bumi.
Bos Armando Siahaan, Abhishek Mehrotra, Marcus Chhan. Profesional yang beri aku pengetahuan luar biasa tentang pemberitaan di dunia online. Wayne Caba dan Kearney Callum, tutor hebat yang buatku sadar langkahku melebihi harapan tertinggi. Sebuah pencapain di luar imajiku.
See...Tuhan begitu menyayangiku dengan segala sentuhan Nya. Thanks God...
Kisahku di 2014 ditutup sebuah kejutan, yang sampai saat ini aku belum mengerti. Tuhan yang Maha penyayang, Tuhan yang Maha Pengasih, aku berserah pada Mu untuk yang satu ini. Aku hanya berharap cinta Mu dan tak lagi mau dimabukan cinta dunia yang justru buat aku terperosok.
Tuhan...aku hanya berharap 2015, aku bisa ke rumah Mu. Aku selalu membayangkan berada di tempat yang megah itu. Berada di lautan manusia di tengah ketaatannya.
Bila diijinkan bersama mak dan bapak, sebelum mereka sangat renta. Tuhan...aku ingin jadi perempuan yang mengikuti kewajiban sebagai muslimah. Amin...amin...
Catatan
Tya Marenka
Komentar
Posting Komentar