"Kenapa tidak coba ambil saja beasiswanya jika emang mau ke Jerman," ucap Mak dengan nada yakin, sore ini.
Dengan uang kontrakan warung dan rumah, mak yakin dia bersama bapak tidak masalah aku tinggalkan.
Belum lagi sejam kalimat itu meluncur, sebuah kejadian membuatku yakin tidak mungkin meninggalkan mereka terlalu jauh.
Wajahnya panik dan sedikit bingung ketika menuturkan kejadian itu.
"Mak tadi minum air keran. Padahal mau membuang air teh di dalam gelas, terus mau nambahin air hangat. Tapi, malah mak minum."
Aku mencoba tidak kaget. Mencoba tetap tidak panik. Dan, cuma berusaha menghiburnya.
"Ya udah, minum air putih aja sebanyak-banyak biar ga sakit perut," sambil aku sodorkan gelas dan menuangkan air.
Wajahnya masih terlihat kaget. Dia seperti tak menyangka melakukan hal itu. Meski tadi pagi, aku sendiri melihatnya salah meletakkan ikan sampai aku ingatkan.
Aku mencoba menganggap semua itu tidak ada dengan bersikap wajar. Meski hati ini sedikit teriris, jika daya ingat makku tercinta mulai menurun. Aku hanya bisa menangis di balik kamar.
Ahhh...semoga saja, kejadian itu cuma karena dia sedang linglung. Dan, tidak karena ada sesuatu yang membuat aku ketakutan.
Rasa takut ini kebetulan disaat bersamaan ketika aku sedang menulis tentang penyakit Alzheimer. Kepikunan yang membuat daya ingat menurun drastis, itu bahasa orang awamnya. Semoga saja ketakutanku yang saling berkaitan ini hanya sekadar ketakutanku saja.
Love you mom and you too pak...
Anakmu sudah cukup dan tak perlu jauh dari kalian. Menyebrang ke negeri impian memang menjadi impian, tapi apalah artinya impian itu jika mak nantinya lupa sosok anaknya.
Love u mom
Tya Marenka
Komentar
Posting Komentar