Langsung ke konten utama

My Mom...I'll always be at you'r side

"Kenapa tidak coba ambil saja beasiswanya jika emang mau ke Jerman," ucap Mak dengan nada yakin, sore ini. 

Dengan uang kontrakan warung dan rumah, mak yakin dia bersama bapak tidak masalah aku tinggalkan. 

Belum lagi sejam kalimat itu meluncur, sebuah kejadian membuatku yakin tidak mungkin meninggalkan mereka terlalu jauh. 

Wajahnya panik dan sedikit bingung ketika menuturkan kejadian itu. 

"Mak tadi minum air keran. Padahal mau membuang air teh di dalam gelas, terus mau nambahin air hangat. Tapi, malah mak minum."

Aku mencoba tidak kaget. Mencoba tetap tidak panik. Dan, cuma berusaha menghiburnya. 

"Ya udah, minum air putih aja sebanyak-banyak biar ga sakit perut," sambil aku sodorkan gelas dan menuangkan air. 

Wajahnya masih terlihat kaget. Dia seperti tak menyangka melakukan hal itu. Meski tadi pagi, aku sendiri melihatnya salah meletakkan ikan sampai aku ingatkan. 

Aku mencoba menganggap semua itu tidak ada dengan bersikap wajar. Meski hati ini sedikit teriris, jika daya ingat makku tercinta mulai menurun. Aku hanya bisa menangis di balik kamar. 

Ahhh...semoga saja, kejadian itu cuma karena dia sedang linglung. Dan, tidak karena ada sesuatu yang membuat aku ketakutan. 

Rasa takut ini kebetulan disaat bersamaan ketika aku sedang menulis tentang penyakit Alzheimer. Kepikunan yang membuat daya ingat menurun drastis, itu bahasa orang awamnya. Semoga saja ketakutanku yang saling berkaitan ini hanya sekadar ketakutanku saja. 

Love you mom and you too pak...



Anakmu sudah cukup dan tak perlu jauh dari kalian. Menyebrang ke negeri impian memang menjadi impian, tapi apalah artinya impian itu jika mak nantinya lupa sosok anaknya. 

Love u mom


Tya Marenka



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Kilau Pesona Negeri “Seribu Pagoda”

Di sisi bangunan teratas, terdapat lukisan dan relief-relief yang menggambarkan perjalanan hidup Buddha.  Bagi Anda yang ingin berwisata religi, tidak salah jika memilih Myanmar sebagai tujuan. Di sana, banyak dijumpai pagoda nan megah dan berkilau yang mengundang decak kagum. Negeri “Seribu Pagoda”, begitu sebutan populer Myanmar yang biasa disematkan masyarakat Indonesia. Sebutan itu memang relevan jika melihat banyaknya pagoda yang tersebar di seluruh penjuru negara yang dulu bernama Burma itu. Dengan populasi pemeluk agama Buddha yang mencapai 80 persen dari total penduduknya yang mencapai 61 juta orang, rasanya bukan hal mengherankan jika di Myanmar banyak dijumpai pagoda megah nan indah, tempat beribadah umat Buddha. Sejarah panjang mengiringi pendirian pagoda-pagoda tersebut. Tak heran, jika usia pagoda-pagoda di Myanmar bukan saja ratusan tahun, melainkan hingga mencapai ribuan tahun. Salah satu kota yang memiliki banyak pagoda adalah Yangon. Di sana terdapat sat...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...