Ruang tengah rumah seperti kurang luas malam ini, kendati aku hanya sendirian terbaring. Kamarku malam ini kuberikan untuk si bayi kecil yang butuh tempat lebih hangat.
Lampu yang sudah padam pun seolah tak cukup menggambarkan apa yang ada dalam benakku. Aku mengibaratkan semua seperti langit biru yang tertutup awan tipis putih. Warna birunya terlihat tapi tak kentara. Sinar matahari bahkan tak mampu menghapus awan itu.
Aku kini hanya berharap warna biru di langit benar-benar bersih, meski hanya sekadar hitungan detik. Untuk memupus penantianku, untuk melihat langitku yang jernih.
Aku tak mungkin menyentuh langit untuk menyingkirkan awan yang menutupi birunya. Biarkan langit berbicara dengan segala sentuhannya, mungkin meminta angin agar membantunya memperlihatkan keindahannya.
Tapi, itu sekadar angan. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan tanpa mewujudkan anganku menjadi kenyataan. Karena kita tak pernah tahu, mungkin saja dalam hitungan menit, justru awan pekat berwarna hitam yang justru datang menghampiri dengan membawa begitu banyak bulir air untuk membasahi bumi. Bisa jadi diiringi dengan dentuman petir yang saling bersahutan.
Mungkin seperti itulah yang bergulir dari benakku yang kemudian mengalir naik ke dalam pikiran.
Awan putih dan pekat akan pergi seiring hembusan angin. Itu yang selalu aku saksikan dan akan terus aku lakukan. Karena aku sekarang hanya bisa diam menanti angin membantuku melihat langitku yang biru lagi.
Malam Ini
Tya Marenka
Lampu yang sudah padam pun seolah tak cukup menggambarkan apa yang ada dalam benakku. Aku mengibaratkan semua seperti langit biru yang tertutup awan tipis putih. Warna birunya terlihat tapi tak kentara. Sinar matahari bahkan tak mampu menghapus awan itu.
Aku kini hanya berharap warna biru di langit benar-benar bersih, meski hanya sekadar hitungan detik. Untuk memupus penantianku, untuk melihat langitku yang jernih.
Aku tak mungkin menyentuh langit untuk menyingkirkan awan yang menutupi birunya. Biarkan langit berbicara dengan segala sentuhannya, mungkin meminta angin agar membantunya memperlihatkan keindahannya.
Tapi, itu sekadar angan. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan tanpa mewujudkan anganku menjadi kenyataan. Karena kita tak pernah tahu, mungkin saja dalam hitungan menit, justru awan pekat berwarna hitam yang justru datang menghampiri dengan membawa begitu banyak bulir air untuk membasahi bumi. Bisa jadi diiringi dengan dentuman petir yang saling bersahutan.
Mungkin seperti itulah yang bergulir dari benakku yang kemudian mengalir naik ke dalam pikiran.
Awan putih dan pekat akan pergi seiring hembusan angin. Itu yang selalu aku saksikan dan akan terus aku lakukan. Karena aku sekarang hanya bisa diam menanti angin membantuku melihat langitku yang biru lagi.
Malam Ini
Tya Marenka
Komentar
Posting Komentar