Dear someone...
Maybe someday you read this.
Maaf aku tidak pamit, karena memang sebenarnya memang tidak pernah ada pertemuan antara kita. Seperti cerita kita yang sebenarnya belum pernah dimulai.
Maaf aku harus pergi, karena hati ini terlalu lelah untuk menambah luka. Seperti penyakit kanker yang tak tersembuhkan, aku belum mendapatkan obat yang tepat untuk luka yang lalu, apalagi jika akhirnya aku ditambahkan rasa lelah jika harus membaca teka-teki ini.
Aku tidak ingin memainkan lelucon. Maaf aku harus berpikir itu, karena kupikir itulah yang kita lakukan. Tapi, lelucon ini terlalu serius aku tanggapi. Aku berpikir itu sebuah kenyataan meski ternyata aku sadar itu hanya humor dari seorang kawan.
Maaf aku terlalu serius. Tapi, bagiku hati bukan hal untuk dipermainkan. Aku bukan 'ombak' yang harus dites ketinggiannya untuk bisa mencari tempat yang tepat untuk surfing.
Satu dan dua kali kata-kata itu mungkin bisa aku maklumi jika itu ada sebuah lelucon. Tidak untuk ketiga kalinya ketika menaruh harap tinggi.
Kita bahkan belum melangkah melewati garis star untuk memulai semua. Kata-kata yang kita keluarkan anggap saja 'omongan di warung' yang kadang tak perlu ditanggapi serius. Itu yang akhirnya tiga hari lalu (7 November 2014), aku maknai sebulan ini perbincangan kita. (Hanya bisa menulis ini di dalam sini, karena sebagai perempuan aku terlalu egois untuk memulai perbincangan)
Cheers,
Tya Marenka
Maybe someday you read this.
Maaf aku tidak pamit, karena memang sebenarnya memang tidak pernah ada pertemuan antara kita. Seperti cerita kita yang sebenarnya belum pernah dimulai.
Maaf aku harus pergi, karena hati ini terlalu lelah untuk menambah luka. Seperti penyakit kanker yang tak tersembuhkan, aku belum mendapatkan obat yang tepat untuk luka yang lalu, apalagi jika akhirnya aku ditambahkan rasa lelah jika harus membaca teka-teki ini.
Aku tidak ingin memainkan lelucon. Maaf aku harus berpikir itu, karena kupikir itulah yang kita lakukan. Tapi, lelucon ini terlalu serius aku tanggapi. Aku berpikir itu sebuah kenyataan meski ternyata aku sadar itu hanya humor dari seorang kawan.
Maaf aku terlalu serius. Tapi, bagiku hati bukan hal untuk dipermainkan. Aku bukan 'ombak' yang harus dites ketinggiannya untuk bisa mencari tempat yang tepat untuk surfing.
Satu dan dua kali kata-kata itu mungkin bisa aku maklumi jika itu ada sebuah lelucon. Tidak untuk ketiga kalinya ketika menaruh harap tinggi.
Kita bahkan belum melangkah melewati garis star untuk memulai semua. Kata-kata yang kita keluarkan anggap saja 'omongan di warung' yang kadang tak perlu ditanggapi serius. Itu yang akhirnya tiga hari lalu (7 November 2014), aku maknai sebulan ini perbincangan kita. (Hanya bisa menulis ini di dalam sini, karena sebagai perempuan aku terlalu egois untuk memulai perbincangan)
Cheers,
Tya Marenka
Komentar
Posting Komentar