Langsung ke konten utama

Hi Kamu! Jangan Becanda Lagi...

Dear someone...

Maybe someday you read this.


Maaf aku tidak pamit, karena memang sebenarnya memang tidak pernah ada pertemuan antara kita. Seperti cerita kita yang sebenarnya belum pernah dimulai.

Maaf aku harus pergi, karena hati ini terlalu lelah untuk menambah luka. Seperti penyakit kanker yang tak tersembuhkan, aku belum mendapatkan obat yang tepat untuk luka yang lalu, apalagi jika akhirnya aku ditambahkan rasa lelah jika harus membaca teka-teki ini.

Aku tidak ingin memainkan lelucon. Maaf aku harus berpikir itu, karena kupikir itulah yang kita lakukan. Tapi, lelucon ini terlalu serius aku tanggapi. Aku berpikir itu sebuah kenyataan meski ternyata aku sadar itu hanya humor dari seorang kawan.

Maaf aku terlalu serius. Tapi, bagiku hati bukan hal untuk dipermainkan. Aku bukan 'ombak' yang harus dites ketinggiannya untuk bisa mencari tempat yang tepat untuk surfing.

Satu dan dua kali kata-kata itu mungkin bisa aku maklumi jika itu ada sebuah lelucon. Tidak untuk ketiga kalinya ketika menaruh harap tinggi.

Kita bahkan belum melangkah melewati garis star untuk memulai semua. Kata-kata yang kita keluarkan anggap saja 'omongan di warung' yang kadang tak perlu ditanggapi serius. Itu yang akhirnya tiga hari lalu (7 November 2014), aku maknai sebulan ini perbincangan kita. (Hanya bisa menulis ini di dalam sini, karena sebagai perempuan aku terlalu egois untuk memulai perbincangan)











Cheers,



Tya Marenka




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Kilau Pesona Negeri “Seribu Pagoda”

Di sisi bangunan teratas, terdapat lukisan dan relief-relief yang menggambarkan perjalanan hidup Buddha.  Bagi Anda yang ingin berwisata religi, tidak salah jika memilih Myanmar sebagai tujuan. Di sana, banyak dijumpai pagoda nan megah dan berkilau yang mengundang decak kagum. Negeri “Seribu Pagoda”, begitu sebutan populer Myanmar yang biasa disematkan masyarakat Indonesia. Sebutan itu memang relevan jika melihat banyaknya pagoda yang tersebar di seluruh penjuru negara yang dulu bernama Burma itu. Dengan populasi pemeluk agama Buddha yang mencapai 80 persen dari total penduduknya yang mencapai 61 juta orang, rasanya bukan hal mengherankan jika di Myanmar banyak dijumpai pagoda megah nan indah, tempat beribadah umat Buddha. Sejarah panjang mengiringi pendirian pagoda-pagoda tersebut. Tak heran, jika usia pagoda-pagoda di Myanmar bukan saja ratusan tahun, melainkan hingga mencapai ribuan tahun. Salah satu kota yang memiliki banyak pagoda adalah Yangon. Di sana terdapat sat...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...