Dear someone...
Kejutanmu beberapa hari lalu sontak mengagetkanku. Banyak hal yang belum aku nalar, ketika kata-kata dan kalimat yang terucap dan mengalir dari bibirmu bisa hadir.
Aku percaya Tuhan punya seribu cara untuk memberi cinta. Sebuah kalimat naif, tapi aku percaya kasih sayang tulus itu masih ada.
Pertemuan kita bukan dalam hitungan hari atau bulan yang bikin aku terkejut. Tapi, pertemanan bertahun-tahun yang kita jalin tanpa ada sedikitpun bumbu kemesraan buat aku bertanya-tanya. Benarkah ini terjadi?
Aku mencoba membuka diri. Maaf, ini aku harus katakan. Luka dalam diri ini membuatku menarik diri dari semua yang bisa melukai. Seperti seorang pengendara yang trauma setelah jatuh dari motornya. Aku sadar aku bukan anak kecil yang berusaha belajar jalan dan tak pernah takut untuk terus terjatuh agar bisa berlari.
Di saat begitu banyak penat, nyaris terlupakan keinginan untuk menantang masa depan. Pasti kau mengerti maksud kalimat ini. Lalu, kau datang lewat kalimat-kalimatmu. Kini, aku merasa seperti anak kecil yang baru menerima kabar gembira dari ayahnya. Ada kegembiraan sehingga terkadang 'lupa diri' dengan memeluk erat ayahnya. Membuat sesak dirimu.
Aku bukan seorang 'penuntut'. Jika sejak dulu aku demikian, aku mungkin tak terlukai. Karena cinta dan kasih sayang bukan sebuah kewajiban apalagi pemaksaan tapi sebuah ketulusan. Itu saja.
For you
Tya Marenka
Kejutanmu beberapa hari lalu sontak mengagetkanku. Banyak hal yang belum aku nalar, ketika kata-kata dan kalimat yang terucap dan mengalir dari bibirmu bisa hadir.
Aku percaya Tuhan punya seribu cara untuk memberi cinta. Sebuah kalimat naif, tapi aku percaya kasih sayang tulus itu masih ada.
Pertemuan kita bukan dalam hitungan hari atau bulan yang bikin aku terkejut. Tapi, pertemanan bertahun-tahun yang kita jalin tanpa ada sedikitpun bumbu kemesraan buat aku bertanya-tanya. Benarkah ini terjadi?
Aku mencoba membuka diri. Maaf, ini aku harus katakan. Luka dalam diri ini membuatku menarik diri dari semua yang bisa melukai. Seperti seorang pengendara yang trauma setelah jatuh dari motornya. Aku sadar aku bukan anak kecil yang berusaha belajar jalan dan tak pernah takut untuk terus terjatuh agar bisa berlari.
Di saat begitu banyak penat, nyaris terlupakan keinginan untuk menantang masa depan. Pasti kau mengerti maksud kalimat ini. Lalu, kau datang lewat kalimat-kalimatmu. Kini, aku merasa seperti anak kecil yang baru menerima kabar gembira dari ayahnya. Ada kegembiraan sehingga terkadang 'lupa diri' dengan memeluk erat ayahnya. Membuat sesak dirimu.
Aku bukan seorang 'penuntut'. Jika sejak dulu aku demikian, aku mungkin tak terlukai. Karena cinta dan kasih sayang bukan sebuah kewajiban apalagi pemaksaan tapi sebuah ketulusan. Itu saja.
For you
Tya Marenka
Komentar
Posting Komentar