Langsung ke konten utama

Kenapa Kereta?

Saya merindukan perjalanan dengan kereta. 
Ya, kereta api. 

Tapi, selalu ada yang bertanya. Kenapa suka naik kereta?
Adakah kenangan? 
Atau ingin menggali memori yang telah hilang. 

Kadang aku bingung menjawabnya. 
Kenapa aku menyukai perjalanan dengan kereta. 
Kenapa aku memilih alat transportasi ini jika diberikan dua pilihan. 

Aku memiliki sedikit penjelasan. 
Kereta mungkin berjalan lebih lambat dari pesawat. 
Butuh berjam-jam bahkan puluhan untuk sampai ke tujuan. 
Tapi waktu yang panjang itu menjadi sebuah jawaban. 

Menikmati kereta api berarti melepas lelah untuk berbagi. 
Terutama bila kita berjalan tak sendiri. 
Saling berbagi cerita, mengungkap semua. 
Dengan teman, sahabat atau keluarga. 

Satu hal....
Jika kau berjalan dan pergi bersama orang terkasih itu lebih mengasyikan. 
Dapat bersandar di bahunya untuk jangka waktu lama. 
Bahkan bisa sampai tertidur di sebelah kursinya. 
Itu menurutku hal mengasyikan. 

Before Sunrise dan Before Sunset...
Dua film romantis yang bertutur dalam perjalanan penuh makna dengan kereta. 
Itu contoh saja....

Laju kereta yang lambat seperti pelepas penat. 
Itu bagiku...
Raungan roda besinya seperti nyanyian untuk menidurkan.
Itu bagiku...
Pemandangan dari sudut jendela seperti lukisan seni di dinding rumah. 
Itu bagiku...






Catatan Tya Marenka

















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...

Monk dan Taksi Ojek Bergigi Merah...

Cerita ini nanti saya akan tulis...dan bagaimana perjalanannya...