Langsung ke konten utama

Don't Lie...

Beberapa tahun lalu, mungkin sudah hampir sewindu, waktu aku masih kuliah, ada sebuah keluarga yang tinggal tak jauh dari rumahku. Aku kenal mereka dari seorang sahabat yang kenal baik dengan mereka. Jika kau ke rumahnya, kau akan timbul perasaan iba. Di antara rumah-rumah tembok yang berbaris dalam satu komplek, rumah mereka hanya berdindingkan kayu, yang sedikit mengangkat ke atas.

Alasnya bukan lantai keramik, atau semen. Melainkan tanah yang sudah mengeras. Di dalamnya, tinggal suami istri dengan tiga anak. Dua anak kandung, dan satu anak angkat. Tapi, tahukah kau? Jika kau berada di dalamnya, perasaan iba itu tidak akan ada. Mereka tidak minta dikasihani. Sebaliknya, mereka bahagia dan terpancar rasa syukur tak terhingga, yang hingga sekarang pun tak pernah bisa aku bayangkan betapa indahnya rasa syukur dan keikhlasan yang mereka perlihatkan.

Mereka tak pernah sekalipun mengeluh. Bagi mereka, rumah reyot yang mereka tinggali, harta yang mesti hanya tinggal melekat di dalam tubuh tak berarti apapun. Mereka tetap berjuang demi atas nama dunia, tapi mereka tak menghalalkan cara dan tetap menjadi diri sendiri. Situasi ini jauh berbeda dengan apa yang aku lihat belakangan. Terperanjat setengah mati, ketika tahu orang yang kau anggap bisa dipercaya ternyata palsu. Sampai-sampai aku tak bisa membedakan kebenaran dan kesalahan dalam sebuah kepalsuan.


Entah apa yang ada di otak mereka. Satu orang mengaku dengan lantang, dia punya segalanya, mengakui yang bukan miliknya sebagai haknya, dan bahkan mengarang cerita dan detil dengan sebegitu rupa hingga banyak yang terpedaya. Kebohongan, kebohongan dan kebohongan. Aku tak habis pikir, untuk apa mengumbar kebohongan begitu banyak? Demi harga dirikah untuk dapat disebut sebagai orang kaya tapi tak mampu, ingin disebut pintar tapi sebenarnya bodoh bak keledai, atau ingin disebut paling hebat padahal kebohongannya menunjukkan kau bukan sapa-sapa.

Aku heran, tapi inilah kenyataan dunia. Ada orang yang rela mati-matian untuk menunjukkan kemampuan yang padahal semu. Ingin menunjukkan kepada dunia. Hanya senyuman yang terlempar dari bibirku. Saat aku tahu, banyak orang yang rela menggadaikan kebenaran demi keakuan dalam dirinya. Demi sebuah pengakuan yang hanya ada di dalam pikirannya. Padahal menjadi diri sendiri adalah kebahagiaan paling hakiki. Tanpa harus menutupi jati diri dengan segala kepalsuan.

Tapi hidup itu pilihan. Ada seorang kawan yang kaya raya memilih menjadi diri sendiri, dia tak menyombongkan harta dan kemampuan individu yang dia punya. Dia lebih memilih mengabdi ke masyarakat, tanpa memperlihatkan jati diri dia sebenarnya, tanpa kebohongan....


 
tya marenka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...

AirAsia aircraft flight QZ8501 HAVE FOUNDED

Indonesian National Save and Rescue (SAR) have founded AirAsia flight QZ8501 plane in Karimata straits, Pangkalan Bun, Middle Borneo. They founded six dead bodies and emergency exit a plane.  "The location was 15-20 km to the east at the last point AirAsia detected in Karimata Strait , " explained Pangkoops I Marsma Dwi Putranto in Pangkalan Bun , Tuesday ( 12/30/2014 ). Based on the location , area of ​​sightings of these objects were around Gulf Air Hitam . The appearance of objects suspected of objects belonging to AirAsia plane QZ8510 occurred around 11:00 , after approximately five hours for aircraft conducting searches inland , coastal , and ocean in the southern part of Borneo island. Dirops Basarnas Supriyadi, who ensuring body, told reporter in Pangkalan Bun, he watch three body floating in the sea. Supriyadi together members helicopter ride to check the floating body reportedly based on reports CN235 aircraft are photographing objects suspected...