Malam belum lagi mencapai puncaknya, ketika aku mengetahui kepalsuan cinta. Aku terhenyak tak bisa bernapas, nyawa ini ingin lepas dari tubuhnya. Seperti mengoyak jantung, menahan paru-paru untuk bernapas. Semua tersekat, tanpa bisa terelakkan.
Tuhan menunjukkan jalan. Lewat sebuah kecerobohan, satu per satu rahasia terkuak tanpa bisa tertahankan. Ketika perbincangan kalian mulai membuat mual perutku. Ketika canda dan gelak tawa meski hanya sekadar bicara, membuatku seperti orang paling bodoh sedunia. Entah ada cinta atau tidak di antara kalian, entah ada perasaan bersalah atau tidak, tapi aku benar-benar tersakiti.
Kisah cinta sejati atau nafsu sesaat demi hasrat duniawi apa yang kalian lakukan. Aku tak tahu, alasan kalian. Yang aku tahu, cintaku hanya jadi mainan. Siapa dalang di antara kalian? Aku tak perduli, karena yang kutahu, cinta putih yang kurajut dan kujaga utuh telah dihancurkan. Kepercayaan yang kubangun ternyata berdiri di pondasi rapuh. Tanah gembur, yang melenyapkan semua dalam sekejap.
Aku tak tahu, kalau cinta di dunia memang sudah tak ada. Jika bicara tersakiti atau trauma karena cinta, bukan begini akhirnya ceritanya. Aku ditinggalkan oleh orang yang tercinta. Diabaikan seorang ibu, yang tahu dimana aku berada, dan seorang ayah yang tak pernah menganggapku ada. Sakitkah aku karena cinta mereka? Ya, tapi aku tahu Tuhan selalu memberi cinta di hati manusia. Untuk belajar mengerti, tentang siapa kita, alam dan Tuhan.
Kalian tak menghargai cinta? Aku tak mengerti bagaimana hubungan kalian bisa terbangun karena rasa duniawi. Tapi, sudahlah. Kalian melakukannya karena ada alasan yang mungkin di kepalaku tidak dimengerti. Itu hak sebagai manusia.
Cinta memang tak selamanya bisa membawamu ke arah yang benar. Karena rasa cinta yang hadir dalam hatiku, aku terpedaya. Datang seperti malaikat yang mengulurkan tangan dan memberi kehangatan dalam hati. Namun, ternyata aku hanya bagian dari permainan.
Lalu siapa yang tak terluka? Ketulusanmu diabaikan, cintamu dikoyak dengan sengaja oleh kepalsuan. Siapa yang tak jatuh? Ketika kepercayaan yang begitu membumbung tinggi dihempaskan ke tanah. Salahkah aku jika merasa kecewa? Ketika semua terkuak kalau cinta hanya berjalan satu arah.
Siapa yang tak jatuh? Siapa yang tak hancur? Siapa yang tak tersakiti? Siapa yang tak merasa berada di neraka? Siapa manusia yang bisa menanggungnya? Aku terjatuh di jurang paling bawah, sendirian.
Sejak malam itu, aku hanya berkutat dengan kesendirian dan kesunyian. Aku ingin pergi nun jauh meninggalkan orang yang kukenal, biar tidak ada pertanyaan. Aku tak ingin lepas kendali hingga makin bersalah dengan Tuhan.
Senyuman yang kulemparkan, sepanjang dua bulan hanya kepalsuan. Aku hanya bisa menangis saat sendiri. Aku hanya bisa mengadukan semua kepada Tuhan. Dua bulan yang tak pernah kulalui seberat ini dalam hidupku, meski aku pernah ditinggalkan dan ditinggalkan.
Beruntung...aku berada di jurang terbawah saat Ramadan. Seperti bulan yang menerangi malam, cahaya Ramadan memberiku ketenangan. Satu per satu aku perbaiki hati yang hancur ini, biar aku tetap menjaga cinta yang diberikan Tuhan untukku.
Aku seperti menemukan kembali Rahmat Tuhan. Bulan keberkahan ini buatku belajar satu hal, cinta tak lekang oleh waktu. Jika kau tetap percaya, jika kau tetap menjaga hatimu untuk percaya akan cinta, maka dia akan berbalik mencintaimu. Seperti Tuhan yang terus mencintaiku meski aku sering mengkhianatinya. Seperti bulan Ramadan ini, begitu banyak berkah yang Dia berikan untukku.
Ramadan telah membuatku jatuh cinta pada kebesaran Tuhan. Aku akan merindukannya, sampai tahun depan, jika Tuhan mengijinkan. Ramadan, kau akan jadi kerinduan terbesar dalam hidupku.
Ramadan 1433 Hijriyah
Attiyah Aming (Tya Marenka)
Tuhan menunjukkan jalan. Lewat sebuah kecerobohan, satu per satu rahasia terkuak tanpa bisa tertahankan. Ketika perbincangan kalian mulai membuat mual perutku. Ketika canda dan gelak tawa meski hanya sekadar bicara, membuatku seperti orang paling bodoh sedunia. Entah ada cinta atau tidak di antara kalian, entah ada perasaan bersalah atau tidak, tapi aku benar-benar tersakiti.
Kisah cinta sejati atau nafsu sesaat demi hasrat duniawi apa yang kalian lakukan. Aku tak tahu, alasan kalian. Yang aku tahu, cintaku hanya jadi mainan. Siapa dalang di antara kalian? Aku tak perduli, karena yang kutahu, cinta putih yang kurajut dan kujaga utuh telah dihancurkan. Kepercayaan yang kubangun ternyata berdiri di pondasi rapuh. Tanah gembur, yang melenyapkan semua dalam sekejap.
Aku tak tahu, kalau cinta di dunia memang sudah tak ada. Jika bicara tersakiti atau trauma karena cinta, bukan begini akhirnya ceritanya. Aku ditinggalkan oleh orang yang tercinta. Diabaikan seorang ibu, yang tahu dimana aku berada, dan seorang ayah yang tak pernah menganggapku ada. Sakitkah aku karena cinta mereka? Ya, tapi aku tahu Tuhan selalu memberi cinta di hati manusia. Untuk belajar mengerti, tentang siapa kita, alam dan Tuhan.
Kalian tak menghargai cinta? Aku tak mengerti bagaimana hubungan kalian bisa terbangun karena rasa duniawi. Tapi, sudahlah. Kalian melakukannya karena ada alasan yang mungkin di kepalaku tidak dimengerti. Itu hak sebagai manusia.
Cinta memang tak selamanya bisa membawamu ke arah yang benar. Karena rasa cinta yang hadir dalam hatiku, aku terpedaya. Datang seperti malaikat yang mengulurkan tangan dan memberi kehangatan dalam hati. Namun, ternyata aku hanya bagian dari permainan.
Lalu siapa yang tak terluka? Ketulusanmu diabaikan, cintamu dikoyak dengan sengaja oleh kepalsuan. Siapa yang tak jatuh? Ketika kepercayaan yang begitu membumbung tinggi dihempaskan ke tanah. Salahkah aku jika merasa kecewa? Ketika semua terkuak kalau cinta hanya berjalan satu arah.
Siapa yang tak jatuh? Siapa yang tak hancur? Siapa yang tak tersakiti? Siapa yang tak merasa berada di neraka? Siapa manusia yang bisa menanggungnya? Aku terjatuh di jurang paling bawah, sendirian.
Sejak malam itu, aku hanya berkutat dengan kesendirian dan kesunyian. Aku ingin pergi nun jauh meninggalkan orang yang kukenal, biar tidak ada pertanyaan. Aku tak ingin lepas kendali hingga makin bersalah dengan Tuhan.
Senyuman yang kulemparkan, sepanjang dua bulan hanya kepalsuan. Aku hanya bisa menangis saat sendiri. Aku hanya bisa mengadukan semua kepada Tuhan. Dua bulan yang tak pernah kulalui seberat ini dalam hidupku, meski aku pernah ditinggalkan dan ditinggalkan.
Beruntung...aku berada di jurang terbawah saat Ramadan. Seperti bulan yang menerangi malam, cahaya Ramadan memberiku ketenangan. Satu per satu aku perbaiki hati yang hancur ini, biar aku tetap menjaga cinta yang diberikan Tuhan untukku.
Aku seperti menemukan kembali Rahmat Tuhan. Bulan keberkahan ini buatku belajar satu hal, cinta tak lekang oleh waktu. Jika kau tetap percaya, jika kau tetap menjaga hatimu untuk percaya akan cinta, maka dia akan berbalik mencintaimu. Seperti Tuhan yang terus mencintaiku meski aku sering mengkhianatinya. Seperti bulan Ramadan ini, begitu banyak berkah yang Dia berikan untukku.
Ramadan 1433 Hijriyah
Attiyah Aming (Tya Marenka)
Komentar
Posting Komentar