Warna seperti menghilang di kota ini
hitam dan putih masa lalu
Telah membisu
Semua berakhir di sini
Tempatku mulai bermimpi
Masih menari di sini
Langkahmu yang telah pergi
Udara ini berubah di kota mati
Seperti kisah masa lalu
Kini membisu
Coba dengarku berbisik
Suara yang telah mengering
Hati ku mati di sini
Terdiam dan tak mengerti
Semua berakhir di sini
Tempatku mulai bermimpi
Masih menari di sini
Langkahmu yang telah pergi
masih bertahan sisa
mimpi-mimpi ku di kota ini
kini bertahan sisa
mimpi-mimpi ku di kota ini
Semua berakhir di sini
Tempatku mulai bermimpi
Hatiku mati di sini
Terdiam dan tak mengerti
Kota Mati. Ya, mungkin Jakarta seperti kota mati bagiku. Meski denyutnya terus berdetak dan jantung kota terus bergerak kencang, tapi tak ada lagi yang tersisa di kota ini.
Aku hanya robot yang menjalankan apa yang harus aku kerjakan. Tak ada lagi gairah, kecuali kewajiban seorang anak dan pekerja. Tak tersisa motivasi kecuali keterpaksaan yang membawaku untuk tetap hidup.
Meninggalkan kota ini. Itu tujuanku sekarang. Aku lelah bergelut dengan kemunafikan, pengkhianatan dan harapan yang terus kandas di kota ini. Aku ingin tenang, bercengkrama dengan alam, dan bertutur dengan sederhana, bersama orang yang tak berniat meninggalkanku.
Seorang sahabat pernah berkata, jangan pernah patah semangat atau putus asa. Coba lihat gadis kecil yang baru belajar jalan. Dia tertatih untuk menggapai meja di depannya, agar dia bisa berjalan. Dia lakukan itu berulang-ulang meski jatuh, bahkan terluka dan memar. Kenapa kau tidak bisa bangkit?
Aku bukan putus asa, karena aku tahu Tuhan melarang manusia untuk menyerah selama masih ada jalan. Kawan! Hati bukan batu yang keras atau tahu yang lembek. Hati bahkan lebih luas dari samudera. Di sana ada cinta, sedih, bahagia, kasih sayang, bahkan kebencian dan dendam. Mereka tertata rapih di dalam hati.
Di antara semua penghuni hati, rasa sedih itu yang kini menyelinap di dalam hati ini. Aku mencoba tertawa tapi hati ini menangis. Aku mencoba belajar bahagia tapi hati ini makin terluka. Terlalu banyak kesedihan di dalam hati ini.
Tak mudah kawan dan tak bisa kuceritakan semua tentang kesedihanku. Biar Tuhan dan aku yang tahu apa yang membuatku terluka. Biarkan kalian sahabatku hanya dapat senyumanku bukan tangisku.Saat ini aku hanya berharap Tuhan beri aku jalan untuk meninggalkan kota ini. Entah bagaimana caranya....
tya marenka
hitam dan putih masa lalu
Telah membisu
Semua berakhir di sini
Tempatku mulai bermimpi
Masih menari di sini
Langkahmu yang telah pergi
Udara ini berubah di kota mati
Seperti kisah masa lalu
Kini membisu
Coba dengarku berbisik
Suara yang telah mengering
Hati ku mati di sini
Terdiam dan tak mengerti
Semua berakhir di sini
Tempatku mulai bermimpi
Masih menari di sini
Langkahmu yang telah pergi
masih bertahan sisa
mimpi-mimpi ku di kota ini
kini bertahan sisa
mimpi-mimpi ku di kota ini
Semua berakhir di sini
Tempatku mulai bermimpi
Hatiku mati di sini
Terdiam dan tak mengerti
Kota Mati. Ya, mungkin Jakarta seperti kota mati bagiku. Meski denyutnya terus berdetak dan jantung kota terus bergerak kencang, tapi tak ada lagi yang tersisa di kota ini.
Aku hanya robot yang menjalankan apa yang harus aku kerjakan. Tak ada lagi gairah, kecuali kewajiban seorang anak dan pekerja. Tak tersisa motivasi kecuali keterpaksaan yang membawaku untuk tetap hidup.
Meninggalkan kota ini. Itu tujuanku sekarang. Aku lelah bergelut dengan kemunafikan, pengkhianatan dan harapan yang terus kandas di kota ini. Aku ingin tenang, bercengkrama dengan alam, dan bertutur dengan sederhana, bersama orang yang tak berniat meninggalkanku.
Seorang sahabat pernah berkata, jangan pernah patah semangat atau putus asa. Coba lihat gadis kecil yang baru belajar jalan. Dia tertatih untuk menggapai meja di depannya, agar dia bisa berjalan. Dia lakukan itu berulang-ulang meski jatuh, bahkan terluka dan memar. Kenapa kau tidak bisa bangkit?
Aku bukan putus asa, karena aku tahu Tuhan melarang manusia untuk menyerah selama masih ada jalan. Kawan! Hati bukan batu yang keras atau tahu yang lembek. Hati bahkan lebih luas dari samudera. Di sana ada cinta, sedih, bahagia, kasih sayang, bahkan kebencian dan dendam. Mereka tertata rapih di dalam hati.
Di antara semua penghuni hati, rasa sedih itu yang kini menyelinap di dalam hati ini. Aku mencoba tertawa tapi hati ini menangis. Aku mencoba belajar bahagia tapi hati ini makin terluka. Terlalu banyak kesedihan di dalam hati ini.
Tak mudah kawan dan tak bisa kuceritakan semua tentang kesedihanku. Biar Tuhan dan aku yang tahu apa yang membuatku terluka. Biarkan kalian sahabatku hanya dapat senyumanku bukan tangisku.Saat ini aku hanya berharap Tuhan beri aku jalan untuk meninggalkan kota ini. Entah bagaimana caranya....
tya marenka
Komentar
Posting Komentar