Langsung ke konten utama

Surat untuk Ibu

Waktu yang berputar tak mampu membuatku keluar dari masa lalu. Satu per satu semua rangkaiannya masih sama, terluka, dilukai dan hanya bisa menangis. Aku letih dengan semua ini, rasa percayaku makin tipis ketika cinta terus dikhianati. 

Seiring waktu, dari masa lalu hingga kini, pengkhianatan terus datang. Ditinggalkan, ditinggalkan dan ditinggalkan. Kisah itu sepertinya tak akan pernah berakhir untukkku. Aku tahu, Tuhan sayang sama aku. Sedari kecil, hanya Dia teman seperjalananku. Kala aku menangis, kala aku tertawa, hanya Tuhan disisiku. 

Cerita sedih hanya konsumsiku dan Tuhan yang selalu mendengarku. Aku hanya ingin luka dan derita yang diderita yang kuterima sedari kecil tak dibagi ke orang lain, terutama mak dan bapak. Biar mereka tahu, hanya senyuman dariku. 

Entah apa yang kutulis malam ini. Tiga hari lalu, aku duduk disamping pusara ibu kandungku. Aku bilang, aku kangen sama ibu. Makam ibu sudah cantik, aku harap ibu bahagia disana, entah bersama ayah atau tidak, karena aku tidak pernah kenal dia. Aku bilang, ibu tak usah khawatir, ada Tuhan disampingku. DIA akan selalu menjagaku bu. Salam jika memang ayah sudah bersama ibu, salam juga sama bapak, walau aku bukan anaknya. 

Bu....aku belum pernah cerita. Tiga minggu lalu aku bermimpi, dan aku takut bu. Tiba-tiba aku melihat diriku sendiri terbaring di kasur kamarku. Tapi, aku sendiri melayang ke atas. Meski mimpi itu tiba-tiba hilang, karena aku terbangun dari tidur. 

Bu...aku tahu kamu sekarang dekat dengan Tuhan. Bilang pada NYA bu, maafkan aku, mungkin karena aku sering mengkhianati Tuhan, tanpa mengikuti ajarannya dengan sempurna, anakmu pun sering dikhianati. 

Bu, mak dan bapak sudah merawat aku dengan baik lebih dari 30 tahun. Tugasku sekarang membahagiakan mereka bu. Mereka yang tanpa pamrih membesarkan anakmu ini. Dan, jangan pernah takut bu, aku tak pernah dendam sama ibu, dulu ya aku marah ketika tahu siapa aku. Sekarang, semua sudah terlewati bu. Aku akan jadi anak kebanggaan ibu, ayah, serta mak dan bapak. 

Semoga bahagia disana ya Bu....


Dari anakmu....tya



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...

AirAsia aircraft flight QZ8501 HAVE FOUNDED

Indonesian National Save and Rescue (SAR) have founded AirAsia flight QZ8501 plane in Karimata straits, Pangkalan Bun, Middle Borneo. They founded six dead bodies and emergency exit a plane.  "The location was 15-20 km to the east at the last point AirAsia detected in Karimata Strait , " explained Pangkoops I Marsma Dwi Putranto in Pangkalan Bun , Tuesday ( 12/30/2014 ). Based on the location , area of ​​sightings of these objects were around Gulf Air Hitam . The appearance of objects suspected of objects belonging to AirAsia plane QZ8510 occurred around 11:00 , after approximately five hours for aircraft conducting searches inland , coastal , and ocean in the southern part of Borneo island. Dirops Basarnas Supriyadi, who ensuring body, told reporter in Pangkalan Bun, he watch three body floating in the sea. Supriyadi together members helicopter ride to check the floating body reportedly based on reports CN235 aircraft are photographing objects suspected...