Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Wisata Belanja Murah

Tahun 2010 ini, tepat dibukanya perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Berarti produk-produk China mengalir deras ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Laos . Namun Laos sepertinya sudah terlebih dahulu membuka kran pintu perdagangannya dengan China . Betapa tidak, kebanyakan produk-produk yang di jual di Laos , merupakan barang-barang yang berasal dari sana . Barang-barang ini mengalir mudah, karena China berbatasan langsung dengan kota Loung Namtha dan Phongsali di sebelah utara. Sehingga dengan mudah akses perdagangan, baik legal maupun ilegal dapat masuk ke Laos . Seperti di Jakarta, kualitas produk-produk China tentu saja membuat harganya juga miring. Itu juga yang berlaku di Laos . Untuk dapat mendapatkan produk ini, morning market atau pasar pagi di kota Vientiane , atau masyarakat sana lebih mengenal Talat Sao dapat menjadi pilihan tepat. Tempat ini mirip pasar tradisional yang ada di Indonesia. Gerai-gerai para pedagang berjejer berse...

Mengintip Simbol Budaya di Vientiane

Berada di Vientiane, Laos , jangan heran jika bendera negara itu ada dua. Yakni bendera merah biru dengan bola putih di tengah sebagai bendera resmi bersanding dengan bendera lainnya berwarna merah bergambar palu arit. Bendera kedua ini jelas melambangkan Laos sebagai negara komunis. Kentalnya komunisme jelas terlihat dari perilaku kehidupan masyarakatnya. Mungkin setengah terpaksa, atau mereka memang disiplin, namun terlihat mereka taat dengan setiap aturan yang dibuat pemerintahnya. Namun komunisme tak begitu mengekang seluruh aspek kehidupan. Kapitalisme bahkan mulai menyusup di berbagai kota . Nampak paling jelas yakni kendaraan pribadi di kota ini. Meski minim fasilitas kendaraan umum, namun soal mobil pribadi, merek-merek mahal mobil Eropa mendominasi jalan-jalan di Laos . Perjudian juga begitu legal. Kios-kios kecil tempat penjualan kupon undian, semacam SDSB bertebaran di sepanjang jalan, terutama di jalan Chao Anouvoung, Vientiane . Harganyapun cukup murah, untuk sat...

Menikmati Vientiane Dengan Tuk-tuk

“Brr…rrr..brr..rrr” suaranya begitu melengking saat melintas tepat di jalan raya Dong Dok, Vientiane . Seperti suara bajaj atau bemo yang suara bisingnya kerap menghiasi sudut-sudut jalan di Jakarta . Namun bentuk fisiknya sedikit berbeda. Sama-sama beroda tiga, tuk-tuk , begitu nama kendaraan umum khas Laos ini disebut, menggunakan mesin motor. Atau lebih mirip bentor, atau becak motor yang ada di Medan . Jika bajaj dan bemo tertutup, tidak bagi tuk-tuk . Saat naik kendaraan ini, udara segar alias ‘AC alam’ langsung menerpa, karena tak ada sekat apapun di samping kanan kiri mobil kecuali besi penyangga atap mobil. Untuk kendaraan ini, hanya muat untuk empat sampai lima orang. Jika muatan lebihpun, masih dapat dipaksakan, hanya saja jangan sampai tertangkap polisi. Tuk-tuk ini dapat menjadi solusi tepat jika ingin memutari Vientiane . Maklum, di kota ini tak banyak angkutan umum seperti metro mini, kopaja atau seperti bus besar lainnya. Meski ada, jumlahnya tak begitu ...

Vientiane, Tempat Asyik Merenung

Hiruk pikuk Jakarta sebagai ibukota Indonesia tak melulu menjadi daya magis bagi tiap orang untuk berjuang di kota ini. Kemacetan dan polusi udara, kadang membuat orang memilih tidak mengadu nasib di Jakarta . Salah satu contohnya Atik Wulandari. Perempuan yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Duta Besar Laos Sutjiptohardjo Donokusumo ini, sudah tiga bulan memilih bekerja di Vientiane , Laos . Padahal, ketika di Jakarta ia menjadi seorang pegawai di salah satu bank di Thamrin. Saat pertama kali Atik menginjakkan kaki di Vientiane , ia tak menyangka suasananya jauh dibandingkan Jakarta . Di mulai dari bandara, Atik sempat tercengang. Bayangkan saja, satu-satunya bandara di Laos yakni Wattay International Airport , tak bedanya lapangan terbang di daerah. Dengan fasilitas minim dan keamanan seadanya. Kondisi ini tak berbeda jauh dengan suasana kotanya. Tak banyak gedung-gedung pencakar langit di kota berpenduduk 200 ribu jiwa ini. Bahkan, tak ada kemacetan berarti at...