Langsung ke konten utama

Mengintip Simbol Budaya di Vientiane


Berada di Vientiane, Laos, jangan heran jika bendera negara itu ada dua. Yakni bendera merah biru dengan bola putih di tengah sebagai bendera resmi bersanding dengan bendera lainnya berwarna merah bergambar palu arit. Bendera kedua ini jelas melambangkan Laos sebagai negara komunis.

Kentalnya komunisme jelas terlihat dari perilaku kehidupan masyarakatnya. Mungkin setengah terpaksa, atau mereka memang disiplin, namun terlihat mereka taat dengan setiap aturan yang dibuat pemerintahnya.

Namun komunisme tak begitu mengekang seluruh aspek kehidupan. Kapitalisme bahkan mulai menyusup di berbagai kota. Nampak paling jelas yakni kendaraan pribadi di kota ini. Meski minim fasilitas kendaraan umum, namun soal mobil pribadi, merek-merek mahal mobil Eropa mendominasi jalan-jalan di Laos.

Perjudian juga begitu legal. Kios-kios kecil tempat penjualan kupon undian, semacam SDSB bertebaran di sepanjang jalan, terutama di jalan Chao Anouvoung, Vientiane. Harganyapun cukup murah, untuk satu kupon kartu undian hanya berkisar 5-10 ribu kip.

Walau begitu, nuansa religi juga terasa. Tiap pagi atau sore hari jika berjalan di sepanjang ibukota negara ini, akan banyak bhiksu yang berkeliling kota. Bangunan vihara-vihara juga banyak terdapat di sini.

Dari agama inilah, tempat-tempat religius di Laos menjadi daya pikat bagi wisatawan. Karena, beberapa tempat ibadah mereka membuat banyak wisatawan kagum, seperti Vihara That Luang, Wat Sisaket, Wat Ho Phra Keo, dan Xieng Khuan Buddha Park.

Selain tempat ibadah, Vientiane juga menyimpan berbagai tempat bersejarah lainnya. Sebagai negara yang pernah dijajah Prancis, Laos masih belum dapat lepas dari sisa-sisa penjajahan. Bahkan, bahasa Prancis menjadi bahasa kedua setelah bahasa resmi mereka. Jadi, jangan heran, jika melihat gedung-gedung pemerintahan, bank, sekolah atau kampus masih menggunakan ejaan bahasa Prancis. Berhubungan atau tidak, Patuxai, salah satu landmark kota Vientiane ini. Mirip dengan Arc de Triomphe yang ada di Paris, Prancis.

Diantara keseluruhannya, sungai Mekong menjadi salah satu legenda yang tak boleh dilupakan. Salah satu 10 sungai terpanjang di dunia ini menyimpan sejarah perjalanan banyak negara, termasuk Laos. Karena, sungai ini mengalir dari Tibet, China, Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam. Kisah-kisah sejarahpun sempat terukir di sungai ini, yang terbaru salah satunya friendship bridge atau jembatan persahabatan yang menghubungkan langsung antara Laos dengan Thailand.

Untuk mencapai tempat-tempat ini tak terlalu jauh. Sehingga jika memiliki waktu luang dan kendaraan, semuanya dapat ditempuh dalam waktu sehari.


Patuxai


Jantung kota Viantiane tepat berada di Patuxai. Sebuah monumen kemerdekaan yang dibangun sebagai simbol terlepas dari penjajahan Prancis. Dilihat dari bentuk, bangunan ini mirip Arc de Triomphe (tugu kemenangan) yang ada di Paris Prancis.

Sama seperti di Paris, Patuxai juga dilengkapi taman yang cukup luas. Di taman ini, tersedia kursi-kursi panjang diantara pot-pot bunga besar. Cukup nyaman untuk melepas lelah atau sekedar berfoto.

Datang ke Laos, tanpa pernah menginjakkan kaki di Patuxai, rasanya sangat disayangkan. Karena, inilah salah satu tempat bersejarah yang dibangun pemerintah Laos sejak 1962. Lokasinya hanya sekitar 200 meter dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).

Selain bersejarah, ada cerita unik dari pembangunan monumen ini. Meski terlihat gagah di tengah kota, monumen ini sepenuhnya belum selesai 100 persen dibangun. Jika masuk ke dalamnya atau mendekatinya, keindahan monumen ini berkurang.

Dari ceritanya, Patuxai dibangun dari semen yang seharusnya untuk pembangunan Bandara baru di Laos. Sehingga di kalangan warga, Patuxai dikenal dengan ‘landasan pacu vertikal’.

Untuk masuk ke dalamnya, tiap orang harus menaiki tanga yang sudah tersedia. Biaya masuk ke atas, berkisar 2000-3000 kip.

Terlepas dari pembangunannya, Patuxai yang berdiri gagah di tujuh ruas jalan yang mengitari di kanan kirinya, dapat membuat kita mengetahui kota Vientiane. Berada di posisi teratas, akan terlihat pemandangan kota yang tak begitu luas ini. Tempat yang menjadi tonggak penting sejarah Laos.


Pha That Luang


Selain Patuxai, Pha Thatluang adalah salah satu bangunan yang akan membuat siapapun melihatnya berdecak kagum. Thatluang merupakan tempat ibadah bagi pemeluk agama Budha yang dipakai sejak abad ke tiga.

Seiring menggeliatnya dunia pariwisata di Laos, tempat ini tak sekedar simbol agama melainkan juga sebagai tempat tujuan para pelancong dari dalam dan luar negeri. Menariknya, tak hanya Thatluang terdapat di tempat ini.

Berada di lokasi yang luasnya mencapai ratusan hektar, di dalam komplek ini juga terdapat komplek kerajaan yang pernah memerintah Laos di masa lalu. Di tengah komplek terdapat patung raja paling dihormati yakni King Setthathirat. Dialah raja yang menjadikan Thatluang sebagai pusat ibadah dan pemerintahan selama 450 tahun.

“Tak hanya hari libur di sini ramai dengan pengunjung. Tiap harinya, mereka juga selalu datang untuk melihat Thatluang,” ungkap Hudsady Thatilad, seorang pelajar Laos.

Untuk dapat mencapai Thatluang tak butuh waktu lama. Hanya berjarak 4 kilometer dari pusat kota Vientiane, setiap wisatawan dapat dengan mudah mencapai tempat tersebut. Tersedia banyak kendaraan umum, mulai dari tuk-tuk hingga bus kecil.

Di sekitar Thatluang, banyak juga wisatawan asing yang menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Cukup lumayan memakai kendaraan ini karena lokasi Thatluang cukup besar untuk dikitari secara keseluruhan. Karena, selain Thatluang dan komplek kerajaan, di dalam komplek itu juga terdapat berbagai monumen bersejarah serta tempat beribadah. Inilah simbol religi bagi masyarakat Laos.


Budha Park


Di Vientiane juga terdapat simbol agama Budha dan Hindu yang cukup terkenal yakni Buddha Park. Sebuah taman yang didalamnya layak disebut diorama bagi agama Budha dan Hindu.

Sekilas patung dan bangunan ini mengingatkan kita pada Candi Borobudur atau Prambanan yang memiliki historis tinggi. Namun, taman Wat Xieng Khuan, atau lebih dikenal sebagai Spirit City ternyata baru dibangun pada 1975.

Terlepas dari itu, di dalam lokasi anda akan menikmati berbagai bentuk bangunan. Mulai dari labu raksasa dengan mulut yang mengangga. Tingginya mencapai tiga meter lebih. Bagunan ini melambangkan nereka, bumi dan surga.

Namun yang paling menakjubkan yakni patung Buddha tidur yang panjangnya mencapai 40 meter. Patung tersebut jadi favorit para wisatawan yang datang. Apalagi, kondisinya masih terawat.

Selain, kedua bangunan itu, di sini juga banyak patung-patung lain yang mengisahkan cerita-cerita sejarah kedua agama. Salah satunya ada patung raksasa Rahwana yang menggendong dewi Sinta, istri dari Rama.

Perjalanan menuju Buddha Park cukup memakan waktu. Satu jam dari Vientiane. Namun dalam perjalanan menuju tempat itu, anda tidak akan kecewa. Sebab, dalam perjalanan lokasi paling terkenal di Laos akan dijumpai, yakni Friendship Bridge dan Sungai Mekong di sisi kanan jalan.

Friendship bridge ini merupakan jembatan penghubung yang melintas di antara kota Vientiane di Laos ke Nongkhaii di Thailand. Jembatan ini tak sembarangan dibuka, sehari hanya dibuka pukul 06.00 pagi hingga 10.00 pagi. Inilah tempat yang menghubugkan antara Thailand dan Laos.

Di bawah jembatan, yang mulai digunakan sejak 2007, juga terdapat sungai paling terkenal di Laos. Yakni Sungai Mekong, sungai yang menjadi salah satu tujuan wisata di Laos. O tya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...

AirAsia aircraft flight QZ8501 HAVE FOUNDED

Indonesian National Save and Rescue (SAR) have founded AirAsia flight QZ8501 plane in Karimata straits, Pangkalan Bun, Middle Borneo. They founded six dead bodies and emergency exit a plane.  "The location was 15-20 km to the east at the last point AirAsia detected in Karimata Strait , " explained Pangkoops I Marsma Dwi Putranto in Pangkalan Bun , Tuesday ( 12/30/2014 ). Based on the location , area of ​​sightings of these objects were around Gulf Air Hitam . The appearance of objects suspected of objects belonging to AirAsia plane QZ8510 occurred around 11:00 , after approximately five hours for aircraft conducting searches inland , coastal , and ocean in the southern part of Borneo island. Dirops Basarnas Supriyadi, who ensuring body, told reporter in Pangkalan Bun, he watch three body floating in the sea. Supriyadi together members helicopter ride to check the floating body reportedly based on reports CN235 aircraft are photographing objects suspected...