Langsung ke konten utama

Senyum ‘Ljuba Truba’



Ivan Ljubicic langsung merayakan suksesnya merebut gelar Masters di Indian Wells setelah sukses menundukkan petenis Amerika Serikat Andy Roddick 7-6(3), 7-6(5) di final. Bersama dua orang terdekatnya, istri dan anaknya Aida dan Leonardo, Ljubicic langsung berlibur di Palm Springs, Miami.

Momen itu sekaligus merayakan ulang tahun Leonardo yang genap berusia satu tahun pada 21 Maret. Hanya berselang dua hari dari ulang tahun Ljubicic yang jatuh pada 19 Maret, di saat usianya mencapai 31 tahun.

“Ini pekan yang menakjubkan. Melihat karier secara keseluruhan, saya pikir akan kehilangan ini. Ini sungguh luar biasa. Ini memberiku sesuatu dalam karier. Ini menambah torehan lainnya setelah Piala Davis, medali Olimpade, menembus 10 besar, masuk lima besar dan sekarang Masters 1000, semua terlihat lebih baik,” kata Ljubicic seperti dilansir BNP Paribas Open 2010.

Senyum lebar dan kesederhanaan terlihat dari Ljubicic saat berlibur. Ia tak segan-segan menebarkan senyum bersama buah hati dan istrinya tercinta, sehingga jepretan para paparazzi dan fotografer diladeninya dengan tangan terbuka.

Atlet berkepala plontos ini sejak lama tak hanya dikenal dengan servisnya yang keras, tapi juga senyumnya yang lebar. Banyak publik tenis bahkan selalu menantikan senyum ‘Ljuba Truba’- julukan bagi Ljubicic.

Gaya hidup Ljubicic juga jauh berbeda dengan para petenis kelas dunia lainnya. Kendati dirinya tak pernah menduduki tahta peringkat satu dunia, namun posisi tiga yang pernah didudukinya menempatkan dirinya sebagai selebritis olahraga.

Tapi, itulah Ljubicic. Petenis peringkat 13 dunia ini tak pernah mau untuk menjadi seperti itu. Ljubicic memilih untuk tampil sederhana apa adanya, bahkan untuk petenis sekelas dia, situs pribadi pun tak dimilikinya.

Ljubicic memilih tampil sederhana karena ia tak pernah mau tercabut dari akarnya di masa lalu. Kisah sedihnya bersama keluarga yang membuatnya harus tetap membumi.
Betapa tidak, di usia 13 tahun, yang lahir dan dibesarkan di Banja Luka, sebuah kota di Bosnia Herzegovina, Ljubicic remaja harus dihadapkan pada perang saudara.

Jauh di masa lalu, tepatnya 18 tahun silam, Ljubicic dan keluarganya harus berjuang keras ketika perang di Balkan pecah. Penduduk Kroasia harus meninggalkan tanah airnya, karena tak ingin menjadi korban keganasan peluru-peluru tentara, serta roket-roket yang menyasar setiap sudut kota tanpa memperdulikan siapapun. Akibat perang itu, Ljubicic harus mengungsi dari Banja Luka. Meninggalkan seluruh harta dan rumah tempat dia dibesarkan.

“Orang tuaku merasa hidup kami dalam bahaya, tiap waktu banyak orang yang hilang. Sangat menakutkan, walau saya masih begitu kecil,” kenang Ljubicic.

Namun bukan hal mudah meninggalkan Banja Luka. Penjagaan ketat di setiap sudut kota membuat keluarga Ljubicic harus berputar-putar mencari celah pintu keluar dari negara itu, dengan resiko besar di tengah desingan peluru yang terus keluar dari senapan para tentara. Dua hari mereka baru dapat meninggalkan Kroasia, melewati Hungaria, Slovenia baru akhirnya sampai ke kamp pengungsian warga Kroasia.

Kendati akhirnya berhasil, ayah Ljubicic Ivan tak dapat keluar. Lelaki dewasa tak diperbolehkan beranjak dari negaranya. Berbulan-bulan, Ljubicic kehilangan kontak dari sang ayah. Tak tahu, dia hidup atau mati.

Untunglah, enam bulan kemudian, ayahnya menghubungi lewat telepon. Ljubicic senang bukan kepalang. Air mata kebahagiaan tumpah dari seluruh keluarga, ibu dan adiknya. Mereka berhasil berkumpul kembali sebagai keluarga.

Perang saudara berakhir. Tapi, tak ada lagi yang tersisa. Rumah dan ladangnya sudah dikuasai penduduk Serbia. Alhasil, keluarganya harus tinggal di sebuah apartemen kecil.

Tapi semua itu tak mematahkan semangat ayah dan ibunya. Ljubicic kecil dimasukkan ke sebuah klub tenis dari Italia yang membantu para petenis muda Kroasia menjadi petenis profesional. Dari situlah awal, peraih 10 gelar dalam kariernya ini berhasil menjadi petenis seperti saat ini.

Inilah yang membuat Ljubicic mensyukuri semua yang didapatkannya. Menghadapi semua dengan senyuman. “Membandingkan apa yang terjadi sebelumnya, dengan apa yang dilakukan orang tuaku, semua terasa muda dan saya merasa beruntung,” ujar Ljubicic.

Demi Keluarga

Sejak awal memilih menjadi petenis, tak terlintas dari dalam dirinya untuk menjadi petenis profesional seperti saat ini. Dia hanya berpikir untuk dapat mengasah fisik dirinya agar lebih bugar.

Namun seiring waktu, saat dirinya melihat menjadi petenis profesional dapat mendatangkan uang yang banyak. Ljubicic memutuskan untuk mengambil jalur ini. Tujuannya sederhana membantu ekonomi keluarganya yang sempat morat marit karena perang.

“Warga dari negara kecil terkadang haus kesuksesan. Lihat saja para pemain Argentina. Ini negara yang sangat bermasalah dengan ekonomi dan mereka tahu memenangkan pertandingan yang akan membuatmu bertahan, memberikan uang untuk keluarga mereka. Ini sama dengan banyak petenis dari Rusia,” jelas Ljubicic. O tya marenka


Biodata
Nama : Ivan Ljubicic
Julukan: "Ljuba Truba"
Kelahiran: Banja Luka,19 Maret 1979
Tempat Tinggal: Monte Carlo, Monaco
Istri : Aida Ljubicic
Anak: Leonardo Ljubicic
Ranking: 13 ATP
Total Gelar: 10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...

AirAsia aircraft flight QZ8501 HAVE FOUNDED

Indonesian National Save and Rescue (SAR) have founded AirAsia flight QZ8501 plane in Karimata straits, Pangkalan Bun, Middle Borneo. They founded six dead bodies and emergency exit a plane.  "The location was 15-20 km to the east at the last point AirAsia detected in Karimata Strait , " explained Pangkoops I Marsma Dwi Putranto in Pangkalan Bun , Tuesday ( 12/30/2014 ). Based on the location , area of ​​sightings of these objects were around Gulf Air Hitam . The appearance of objects suspected of objects belonging to AirAsia plane QZ8510 occurred around 11:00 , after approximately five hours for aircraft conducting searches inland , coastal , and ocean in the southern part of Borneo island. Dirops Basarnas Supriyadi, who ensuring body, told reporter in Pangkalan Bun, he watch three body floating in the sea. Supriyadi together members helicopter ride to check the floating body reportedly based on reports CN235 aircraft are photographing objects suspected...