Langsung ke konten utama

Ibu...Dia Menyusulmu

Kering sudah air mata ini. Tak ada lagi yang menetes. Bibi...kau adalah sahabat ibuku. Sahabat terbaik yang terus mengikutinya.

Hari ini, Selasa (2/2), aku lihat matamu menutup rapat dengan kain putih yang membalutmu. Rasanya aku tak percaya. Tapi, inilah kenyataan. Baru 120 hari, ibu meninggalkanku...kau menyusulnya.

Bibi...wajahmu mirip ibu. Meski ibu sudah tidak ada, namun aku merasa dia belum pergi karena dirimu bibi. Banyak yang ingin aku ceritakan, tapi semuanya belum sempat. Sama ibu juga sama bibi. Kini kalian tinggalkan aku tanpa sempat bercerita. Cerita yang seharusnya sudah lama aku ungkapkan.

Tapi Allah punya kehendak. Tak ada yang dapat mengelak.

Ibu dan bibi tetap bersama. Seperti kata ibu ketika sehat, ia ingin selalu bersama bibi hingga akherat. Bibi juga sempat mengiyakan.

Kadang aku tak percaya dengan semua kata-kata mereka. Dua bersaudara yang saling menyayangi. Tapi kini nyata. Ibu dan bibi kembali bertemu di sana.

Ibu...bibi kini bersamamu. Berbahagialah di sana.
Bibi...selama ini kau jaga ibu. Kini kau kembali bertemu dengannya. Jaga ibu...




Anak dan keponakanmu....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...

Monk dan Taksi Ojek Bergigi Merah...

Cerita ini nanti saya akan tulis...dan bagaimana perjalanannya...