Langsung ke konten utama

Program Tandingan di Kukuhkan


Ruang Piramid Gedung KONI Jakarta, Kamis (12/2) terasa berbeda dalam pengukuhan pelatnas terpadu 2009. Diantara deretan puluhan atlet tak nampak wajah familiar yang sering jadi incaran para pemburu berita.

Bahkan, didepan pintu para pewarta saling menanyakan para atlet yang hadir. “Kami tidak kenal. Sulit juga untuk menanyakan mereka satu persatu. Sepertinya junior semua,” celetuk salah satu wartawan.

Tak ada lagi pembagian atlet seperti dua tahun lalu, berjejer tiap cabang. Kini, semua atlet disatukan. Bahkan, kabarnya atlet yang datang ke pengukuhan atlet asal Jakarta yang sengaja diwakilkan. Sebanyak 284 atlet dilatih termasuk didalamnya 113 atlet untuk Asian Martial Art Games.

Hanya karateka Bambang Maulidin yang memiliki prestasi mumpuni. Peraih emas SEA Games 2005 ini bersama karateka terbaik Indonesia lebih mendukung pelatnas dibandingkan harus memilih Program Atlet Andalan (PAL). “Pelatnas jangka pendek untuk SEA Games. Jadi untuk program saya lebih memilih disini,” tandasnya.

Meski tanpa atlet terbaik, Komandan Pelatnas Djoko Pramono yakin pelatnas terpadu lebih lengkap dibandingkan program lainnya. Ia mencontohkan balap sepeda. Santia yang turun di road race di PAL seorang diri membutuhkan atlet pendamping jika balapan di jalan raya. Alhasil pelatnas terpadu harus menyiapkan tiga atlet pelapis Santia.

“Sekarang harusnya mereka (PAL) pikir tidak mungkin Santia balapan sendiri. Road race butuh tiga pembalap lain,” tegas Djoko.

Acara ini menjadi awal bagi KON/KOI untuk memulai pelatnas terpadu untuk mengikuti tujuh multi even tahun ini. Yakni Asian Martial Art Games di Bangkok, Asian Youth Games di Singapura, Islamic Solidarity Games II di Iran, Asian Indoor Games III di Vietnam, SEA Games XXV di Laos, dan Paralimpic Games V di Laos, serta Arafuru Games.

Pengukuhan pelatnas ini seakan menegaskan KON/KOI juga memiliki program yang sama dengan PAL bentukan Menpora. Meski begitu, Ketua KON/KOI Rita Subowo memberikan rasa terima kasih untuk Adhyaksa Dault yang membantunya melakukan pembinaan.

“Terima kasih untuk Menpora yang meringankan beban KON/KOI untuk membina olahraga prestasi. Dimanapun atlet berlatih, mereka tetap anak-anak kami,” kata Rita.

Tak perduli meski belum ada dana pasti yang dapat membuat program ini berjalan, KON/KOI tetap atas pendiriannya. “Soal dana tak masalah,” sahut Wakil Ketua KON Hendarji Soepandji yakin.

Idepun datang untuk menanggulangi masalah ini. KON/KOI menggandeng daerah untuk melaksanakan pelatnas ini. Mulai dari Sumatera Utara, Riau, Palembang, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Tiap daerah akan menggelar pelatnas masing-masing cabang. Sumatera Selatan misalnya akan dikhususkan untuk sepak bola dan biliar.

Penunjukan ini disambut baik Gubernur Alex Nurdin yang hadir dalam pengukuhan ini. Sebagai kepala daerah Sumatera Selatan, mantan Bupati Musi Banyuasin ini sudah siap untuk menggelar pelatnas di daerahnya.

Namun, segurat pertanyaan menyelubung di hati. Dengan memusatkan latihan di daerah, beban pastinya harus ditumpukan untuk Pemda. “Kalau dana kami tidak masalah. Kami sebaliknya membutuhkan lagi penambahan cabang olahraga,” jelas Alex. O tya marenka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Kilau Pesona Negeri “Seribu Pagoda”

Di sisi bangunan teratas, terdapat lukisan dan relief-relief yang menggambarkan perjalanan hidup Buddha.  Bagi Anda yang ingin berwisata religi, tidak salah jika memilih Myanmar sebagai tujuan. Di sana, banyak dijumpai pagoda nan megah dan berkilau yang mengundang decak kagum. Negeri “Seribu Pagoda”, begitu sebutan populer Myanmar yang biasa disematkan masyarakat Indonesia. Sebutan itu memang relevan jika melihat banyaknya pagoda yang tersebar di seluruh penjuru negara yang dulu bernama Burma itu. Dengan populasi pemeluk agama Buddha yang mencapai 80 persen dari total penduduknya yang mencapai 61 juta orang, rasanya bukan hal mengherankan jika di Myanmar banyak dijumpai pagoda megah nan indah, tempat beribadah umat Buddha. Sejarah panjang mengiringi pendirian pagoda-pagoda tersebut. Tak heran, jika usia pagoda-pagoda di Myanmar bukan saja ratusan tahun, melainkan hingga mencapai ribuan tahun. Salah satu kota yang memiliki banyak pagoda adalah Yangon. Di sana terdapat sat...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...