Langsung ke konten utama

Drogba...My Little Wing

Nama aslinya Fazriel Subhi As'ad. Begitu nama lengkap si bocah yang kini berumur tiga tahun itu. 

Tapi, bagiku, dia adalah Didier Drogba. Legendaris Chelsea yang telah banyak memberi gelar bagi "The Blues". 

Panggilan Drogba pun sejak dia lahir menjadi akrab bagi sebagian orang, terutama neneknya yang suka dengan nickname itu. 

Drogba alias Ziel lahir 20 Mei 2012 atau 19 Mei 2012 waktu Eropa. Kenapa Eropa? Karena dia memang lahir menjelang subuh, saat di belahan Benua Biru menjelang malam. 

Sebelum dia lahir, aku sudah bersiap untuk nonton bareng final Liga Champions. Laga final yang akan mempertemukan Chelsea dengan raksasa Jerman, Bayern Munich di Allianz Arena. 


Tapi sapa sangka, rencana tinggal rencana. Langkah ini harus menuju rumah sakit menanti kelahiran sang keponakan. Terpaksa menonton final di kantin rumah sakit yang pengap dan panas. 

Operasi cesar dilakukan, sementara aku asyik menonton laga final berjarak 10 meter dari ruang bedah. Satu jam, dua jam terlewati, belum juga lahir. Begitu juga laga final yang belum juga keluar juaranya. 

Sampai akhirnya, menjelang subuh Drogba bertugas sebagai eksekutor terakhir bagi Chelsea. Langkahnya mantap hingga akhirnya mengoyak gawang "Die Roten" yang dijaga Manuel Neuer. Tepat disaat Drogba mencetak gol itulah, Ziel lahir. 

Sosok Drogba tak hanya sebagai pemain sepakbola yang hebat. Kerendahan hatinya dengan pribadi yang hangat membuatku kagum. Dia pahlawan bagi negerinya. Kisah itu berulangkali tertulis saat dia berhasil mempersatukan kembali negaranya yang terpecah akibat perang saudara. Dia adalah pahlawan dari Abidjan. 


Sebuah tanda lahir menempel di kaki Ziel alias Drogba. Ada yang bilang tompel berwarna coklat tua itu buat si anak jadi anak yang aktif. Itu kata para tetua saat itu. 

Memang benar saja. Sebelum berjalan pun, dia tak pernah diam. Tenaganya seperti baterei lithium yang bisa tahan hingga batas maksimal. Lompat-lompat dari gendongan atau berlari kencang memakai baby walker. 

Terjungkal, jatuh dari ayunan dan merangkak di sisi tembok sudah jadi keseharian. Dia tak pernah lelah hingga kantuk datang menyergap. 

Satu tahun, dua tahun hingga usianya kini tiga tahun. Dia semakin super aktif. Tapi, kini bukan hanya kaki dan tangannya. Cara bicaranya yang begitu tegas, tanpa pelo tanpa unyu-unyu seperti kebanyakan balita lainnya. Ah...sampai lupa kalau dia masih balita. 

Bicaranya lantang, keinginan tahunya besar dan kadang bikin kaget kalau dia sudah berpikir melebihi usianya. Itu yang dia lakukan dalam beberapa bulan terakhir. 

Kala aku lelah usai kerja, di rumah atau pulang dari kantor. Aku selalu bilang kepadanya. Dia tahu tantenya cape. "Tante cape. Udah kaka aja yang kerja." Itu celoteh yang mengagetkan. 

Soal panggilan kaka. Ziel kini tak lagi dipanggil dede meski anak bungsu kakakku. Dia merasa dirinya sudah besar karena sepupuku punya seorang bayi berusia 7 bulan. 

Bukan hanya soal kerja. Dia selalu bilang, kerja jauh dari rumah dengan motor trail. Ya, motor yang digemari kaum Adam dengan suara nyaring itu dia pilih. Meski kami sekeluarga tak pernah memilikinya dan jarang melihat tayangannya. Darimana dia itu? Kami tak tahu. 

Dia juga tahu lagu-lagu yang sering dimainkan waktu kecil. Bintang dari Air, atau lagu shalawat yang biasa menjadi pengantar tidur. 

Tapi, lagu-lagu ini sepertinya mulai tak digemarinya. Dia ogah nyanyi bintang karena dia lebih pilih Let It Go, soundtrack film Frozen dengan ucapan 'wer i go' (kalimat yang diucapnya meniru judul aslinya). 

Hobinya menonton film. Minimion kegemerannya saat ini, menggusur film masa bayinya Doraemon, Upin-Ipin atau Boboboy. Dia menyukai betul karakter kartun yang dibuat Pierre Coffin sampai-sampai sandal, baju bahkan ingin bernuansa mahluk kecil nan abadi itu. 

Tiga seri film Minimion pun sudah pernah dilihatnya. Tapi, satu yang mengejutkan untuk edisi kedua. Di akhir film, ada lagu saat resepsi pernikahan Gru yang dinyanyikan Minimon dan ternyata kaka Ziel hafal. Dia nyanyi,"underwear". 

Wow, tentu saja aku terkejut. Kaget ternyata dia hafal lagunya. Kaget karena dia menyanyikan satu kata itu di depan banyak orang. Dia senyum-senyum percaya diri. Aku membiarkannya sampai akhirnya memberi tahu lagunya bukan begitu. Lalu gimana ante? Gini..."I swear". 


Catatan buat si Kaki Tompel


From aunty

Tya Marenka







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bumi Itu Bentuknya Jajaran Genjang! (Sebuah cerita segar)

"Bumi itu datar!" katanya dengan mantap. Kami semua terdiam. Saling menatap mendengar pernyataannya. Sedangkan gw membenamkan wajah di balik  layar komputer. Menahan ketawa agar tidak pecah. Gw terkejut. Itu pasti. Ternyata ada beberapa orang yang gw kenal meyakini betul bumi itu datar. "Ada penjelasannya ga bumi itu datar? Karena selama ini gw taunya bumi itu bulat," cetus seorang kawan dengan wajah yang coba diperlihatkan serius. "Ini semua dasarnya karena keyakinan gw. Dari pelajaran yang gw peroleh ya seperti itu," tegas dia. Kami masih terpaku dengan jawabannya. Bukan terpukau tapi merasa aneh dan mulai tergelitik untuk menanyakan lebih jauh dasar keyakinannya itu. "Ada ceritanya dari balik keyakinan lo itu," tanya seorang kawan lagi. "Jadi gini, dulu ada seorang yang berjalan sampai ujung bumi. Mentok di kutub dan ga bisa lagi. Itu ujung bumi," terang dia. "Ujung bumi itu di kutub?," cetus gw. "Iya dari situ orang...

Ini Kisah Maria Londa, dalam Wawancara Desember 2013

Maria Londa Tidak Suka Berlari Tak berhenti berharap dan berdoa menjadi modal Maria Natalia Londa memperbaiki prestasi di pentas SEA Games. Maria Natalia Londa tak pernah berpikir menekuni dunia atletik, terutama lompat jangkit dan lompat jauh. Maria kecil hanya suka menyaksikan I Ketut Pageh berlatih bersama anak asuhnya di sebuah lapangan di Denpasar, Bali. Sering bertemu itu, I Ketut Pageh mulai membujuk rayu Maria untuk menekuni dunia atletik. Sekali lagi, ketertarikan itu belum terlintas dipikiran Maria. Namun, pelatih yang sudah malang melintang di dunia atletik itu tidak menyerah. Rayuan kembali dia layangkan untuk Maria. Dan, Maria pun luluh. Aksi coba-coba dilakukan Maria. Anehnya, terjun di dunia atletik, Maria tidak suka berlari, karenanya dia tidak berminat menjadi atlet nomor lari. Dia pun mulai melirik nomor lompat. “Satu hal yang membuat saya lebih memilih nomor lompatan, karena saya tidak suka berlari,” kata Maria membuka rahasia kecilnya saat berbincang deng...

AirAsia aircraft flight QZ8501 HAVE FOUNDED

Indonesian National Save and Rescue (SAR) have founded AirAsia flight QZ8501 plane in Karimata straits, Pangkalan Bun, Middle Borneo. They founded six dead bodies and emergency exit a plane.  "The location was 15-20 km to the east at the last point AirAsia detected in Karimata Strait , " explained Pangkoops I Marsma Dwi Putranto in Pangkalan Bun , Tuesday ( 12/30/2014 ). Based on the location , area of ​​sightings of these objects were around Gulf Air Hitam . The appearance of objects suspected of objects belonging to AirAsia plane QZ8510 occurred around 11:00 , after approximately five hours for aircraft conducting searches inland , coastal , and ocean in the southern part of Borneo island. Dirops Basarnas Supriyadi, who ensuring body, told reporter in Pangkalan Bun, he watch three body floating in the sea. Supriyadi together members helicopter ride to check the floating body reportedly based on reports CN235 aircraft are photographing objects suspected...