Empat hari lalu, seorang kakak dari jauh cerita. Dia sekarang tinggal di salah satu kota di Amerika sana. Dia cerita kembali ke bangku kuliah dan bertemu kawan-kawan baru serta dosen-dosen yang membuatnya berpikir soal agama. Mereka kebanyakan terutama para dosen yang dia temui tidak percaya lagi sama agama. “Mereka hanya percaya bahwa manusia harus bahagia bersama manusia lain. Menghargai dan tidak menyakiti, apalagi merebut hak orang lain. Maka semua baik-baik saja,” itu kalimat yang meluncur dari perbincangannya dan dia menyetujui pendapat ini. Beberapa tahun lalu, bukan di luar sana tapi di Jakarta ini. Seorang kawan mengaku atheis, bukan lagi tak percaya agama tapi juga Tuhan. Saya memandang matanya usai dia mengatakan itu. Adakah kekecewaan besar disana? Hingga dia harus melepaskan sebuah kepercayaan. Dia punya banyak teori menjelaskan pengakuannya. Keterkejutan saya bukan soal apa yang dipercayai saat ini. Tapi, apa yang dia percayai sebelumnya. Sa...
Bukan tujuan akhir menjadikan kisah menarik. Tapi, perjalanan penuh makna yang membuat terpukau.