Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2009

Menjadi Batu

Karang terjal terlihat kokoh ketika ribuan deburan ombak menghempas Batu terjal terlihat kuat ketika menopang lingkaran goa Gunung api terlihat sombong ketika melempar ribuan ton batu ke atas bumi Sama halnya dengan aku…batu… Menjadi tak perduli… Menjadi tak mengerti… Sama seperti batu… Seperti karang yang menjadi kuat karena adanya deburan air dari laut Akupun sama… Aku menjadi batu karena adanya masa lalu yang membelenggu Aku menjadi batu karena hatiku menghitam karena tak punya rasa lagi Aku menjadi batu karena tak ada kasih sayang tulus yang kuterima Goa menjadi sebuah lingkaran karena ada waktu yang membelah bumi Akupun sama… Kikisan penderitaan membuatku tak lagi punya tujuan kecuali pengabdian Kepalsuan dan kemunafikan membuatku tak lagi tahu arti kepercayaan Hingga aku tak tahu lagi dimana harus kupijakan kaki dan keyakinan Muntahan ribuan batu di gunung api karena ada desakan lahar yang marah Akupun sama… Menjadi se...

Chris John Rambah Bisnis Internet

Habis manis sepah dibuang. Pepatah ini gambaran jelas para mantan atlet yang akhirnya harus berjuang di masa tua. Seiring lupanya pemerintah atas kiprah mereka. Kisah paling jelas, dialami petinju profesional Ellias Pical. Mantan petinju kelas bantam yang pernah menorehkan tinta emas di olahraga Indonesia. Pada masa jayanya Bung Elli begitu disanjung karena keberasilannya menjadi juara dunia. Sayang seiring waktu, namanya terlupakan. Bung Elli tenggelam dalam kesulitan hingga membawanya ke penjara. Bahkan, miris rasanya kini seorang juara dunia tak lebih dari sekedar pesuruh di kantor KON/KOI. Nasib seniornya ini tak ingin dialami Chris “The Dragon” John. Petinju yang baru mempertahankan gelar kelas bulu versi WBA (World Boxing Associaton) di Toyota Center, Houston Texas dari Rocky Juarez akhir pekan lalu mulai membangun bisnis masa depannya. Usaha yang diharapkan jadi tumpuan pemilik nama lengkap Yohannes Christian John jika tak lagi berada di dalam ring. Chris membangun ...

Cinta Mati Masha Untuk Rusia

Kebersamaan: Maria Sharapova (kedua dari kiri) bersama para bintang tenis Rusia lainnya, termasuk Dinara Safina (paling kanan). Sukses dan berprestasi di negeri seberang tak melunturkan rasa kebangsaan petenis Maria Sharapova terhadap Rusia. Negeri Beruang Merah tetap menjadi cinta mati Sharapova meski sudah lama meninggalkan Rusia sejak masih belia. Didalam hati Masha-begitu panggilan akrab Sharapova-, Rusia tetap menjadi nomor satu. Tak ada niat bagi dirinya untuk meninggalkan jejak sejarah negeri leluhurnya. “Saya selalu menganggap diri saya orang Rusia, terutama saat saya harus ke luar negeri. Tak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk pindah kewarganegaraan,” ucap Masha seperti dikuti Pravda.com. Rasa nasionalisme Masha dalam beberapa tahun ini kerap menjadi pertanyaan. Lama tinggal di Amerika Serikat sejak usia tujuh tahun, ia selalu diragukan untuk tampil membawa nama Rusia. Peristiwa itu berawal pada 2004, ketika tim Fed Cup Rusia membutuhkan tenaganya. Ditengah keberhasilan...