28 September 2010 "The Switch"...film ini menggambarkan bagaimana seorang perempuan ingin memiliki anak tapi tak ingin terikat perkawinan. Budaya Barat di Amerika, memudahkan hasratnya untuk mewujudkan mimpinya, dengan inseminasi buatan. Memilah pendonor sperma dengan mencari pria yang dapat menurunkan gen terbaik bagi anaknya kelak. Walau, nasib berkata lain, karena sperma sahabatnya yang akhirnya dia dapatkan, karena adanya kejadian tak terduga yang baru diketahui tujuh tahun kemudian. Kendati ini hanya sebuah film yang berdasarkan novel Jeffrey Eugenides, tapi sepertinya kisah seperti ini tak hanya terjadi di Amerika. Terutama soal hasrat memiliki anak. Aku jadi teringat beberapa tahun lalu, ketika sahabatku ingin sekali memiliki anak tapi tidak ingin menikah. Usia memang tak dapat dielakkan jika hasrat memiliki anak semakin kuat, ketika umur kita makin matang, ada rasa keibuan yang timbul sebagai perempuan. Aku juga merasakan seperti itu......
Bukan tujuan akhir menjadikan kisah menarik. Tapi, perjalanan penuh makna yang membuat terpukau.